42. Calon Menantu

223 30 4
                                    

Siapa yang nungguin Jessa ketemu sama mom Jennie, cung angkat tangan kaliann

Happy reading guys, and hope you like this part 🤍

🍂🍂🍂🍂

Seorang wanita dengan dress warna violet menutup pintu taksi dengan gerakan pelan. Jemarinya yang lentik menarik beberapa lembar uang dari dompet hitamnya, diserahkannya uang itu pada sopir taksi.

Jennie menyimpan dompetnya ke dalam tas jinjing mahalnya, kaki jenjangnya yang berbalut high heels warna hitam melangkah masuk ke minimarket.

Tenggorokannya terasa kering sebab cuaca di siang hari ini terasa terik.

Langkah kakinya terhenti saat ia berdiri di hadapan freezer yang menampilkan minuman kemasan dengan berbagai merk itu.

Tangannya bergerak mengambil sebotol minuman berperisa jeruk, namun terhenti saat sekelebat memori melintas di kepalanya.

"Mommy jangan minum minuman kemasan terus! Keluarga kita punya riwayat penyakit diabetes keturunan, mommy harus jaga kesehatan!"

Jennie mengurungkan niatnya begitu ucapan mendiang putrinya berputar di kepalanya. Perempuan paruh baya itu beralih mengambil sebotol air mineral.

Entah mengapa, setiap ia pulang dari rumah teman sosialitanya, Jennie kerap teringat Jinny.

Dengan langkah lesu, wanita itu berjalan menuju kasir untuk membayar belanjaannya.

Jennie tersenyum tipis begitu netranya tak sengaja menangkap sepasang ibu dan anak berusia sekitar 3 tahunan berjalan memasuki minimarket.

Ah, perawakan sang ibu mengingatkannya pada Jinny.

"Buk? Ini kembalian beserta struknya, terimakasih." ucap sang kasir berjilbab itu mengagetkannya.

🍂🍂🍂🍂

Kini, disinilah Jennie.

Wanita yang terlihat cantik di usia yang tak lagi muda itu berdiri di samping minimarket. Jari - jari yang dipoles kuteks warna merah itu menari lincah di layar handphone. Wanita itu berniat mengirimkan pesan pada sopir pribadinya.

Di tengah aktivitasnya, tiba - tiba ada seseorang yang menarik tangannya untuk bersembunyi di mobil berwarna putih.

"ISTRIKUU..."

"ISTRIKU SAYANGG..." teriak suara dengan nada frustasi.

Sesekali pemilik suara itu terkekeh, "HAHAHA, BIDADARIKU! DIMANA KAMU?"

"Ssstt..." ucap sosok yang menarik lengannya. Cukup lama mereka bersembunyi dari pria gila itu.

Jamila menghela napas lega begitu pria gila itu pergi dari kawasan minimarket. "Beruntung orang gila itu gak lihat kita ya bu?"

Jennie mengangguk, "iya, terimakasih loh karena ibuk udah narik tangan saya. Hadeh bayangin panas - panas gini dikejar orang gila, saya udah gak sanggup duluan."

Jamila terkekeh, "dia orang gila yang baru kesasar sampai sini, sebelumnya warga belum pernah lihat orangnya. Dianya kalau ngamuk serem bu, anak saya gak berani keluar rumah bu. Katanya takut ketemu dia di jalan."

Keduanya mengobrol layaknya teman lama yang tak pernah bertemu.

"Sambil nunggu sopir mbak datang, mbak mau gak mampir ke rumah saya?" tawar Jamila.

"Boleh, dari pada saya nunggu disini dan ketemu orang gila lagi," terima Jennie.

Keduanya berjalan menuju rumah bercat putih itu.

Possessive Jake ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang