Kasus Keduapuluhsatu

96 20 0
                                    

Suara debuman keras dengan kepulan asap yang ia dengar di air terjun, membuat rasa penasaran Buma tergugah. Ia baru saja bangun dari tidur siangnya. Sementara, Cleo terlihat lelap di atas ranjang.

Ya Allah, bolehkah aku menghalalkannya secepat mungkin? Entah kenapa sejak kami berada di sini, rasa hati ingin memilikinya jauh lebih besar.

Buma membenahi selimut Cleo sebelum menyelinap keluar. Laki-laki itu berjalan ke halaman depan. Awalnya ia melangkah santai, sebelum ia mendengar langkah kaki lain di belakangnya. Buma menoleh.

“T-tu-ttuan.”

Terbata, wanita yang tak lain adalah istri pemilik rumah berusaha mengajaknya bicara.

“Ya, Bu. Ada apa?”

“Tuan mau ke mana?” tanyanya lirih.

“Hanya melihat-lihat sekeliling. Tadi, saya lihat ada kepulan asap di arah sana.”

Wanita itu terlihat ingin mengungkapkan sesuatu tetapi ia beberapa kali melihat ke belakang. Seolah takut pada sesuatu. Buma sangat peka dengan gerak-gerik orang seperti itu.

“Ibu ingin bicara dengan saya, berdua?” tanya Buma.

Wanita itu seperti terkejut karena Buma paham dengan apa yang ia pikirkan. Tanpa kata, Buma memberikan kode dengan tangannya untuk ke luar dari pekarangan rumah sang wanita. Wanita itu segera berjalan secepat mungkin. Jarit yang melilit tubuhnya sedikit membuat pergerakan sang wanita tak gesit. Kentara sekali ia ingin segera pergi dari rumah.

Buma mengikutinya, hingga sang wanita berhenti di salah satu gubug di tebing sebelah barat rumah.

“T-tu-an, sudah lama menikah?”

Buma menggeleng. “Kenapa Bu?”

“A-apa Tuan mengenal keluarga istri Tuan?”

Buma menatap tajam pada wanita itu. “Tentu. Memangnya kenapa?”

“A-apa benar tujuan Tuan dan istri Tuan ke Dusun Barung?”

“Ya, istri saya ingin menemui ibunya di sana.”

Mata wanita itu membelalak. Tangannya gemetaran.

“T-Tuan, tuan jangan pergi ke sana. Di sana tempatnya iblis. Tuan harus pergi sekarang juga. Tidak ada orang yang bisa selamat dari sana.”

“Apa maksud Ibu? Ibu tahu sesuatu?”

Wanita itu memucat. Ia berbicara sangat lirih dengan nada gemetaran.

“Su-sungguh, wanita Barung telah dikutuk. Mereka bukan manusia. Orang Barung bukanlah manusia. Mereka jelamaan iblis. Tapi, banyak orang berdatangan untuk meminta dunia pada mereka. Dusun itu… sudah dikuasai iblis.”

Buma menerima informasi itu. Semakin lama, semakin ia ingin mengorek tentang kisah para iblis di sana.

“Apakah benar dengan cerita tumbal di sana?” tanya Buma.

Wanita itu semakin ketakutan. Ia pun mengangguk. “Wanita Barung akan menjadikan keturuanannya sebagai tumbal. Sebaiknya Tuan segera pergi. Tinggalkan wanita itu.”

Buma berdecih. “Mana mungkin saya meninggalkan istri saya. Saya sangat mencintainya.”

“Saya akan membantu tuan untuk terbebas dari hal mengerikan ini. Saya membantu tuan.”

Buma tak paham apa maksudnya. Wanita itu segera berjalan kembali ke arah rumahnya. Buma melihat dua buah kuda di depan rumah itu dari atas tebing.

Matanya membelalak saat menyadari sesuatu.

Desus KasusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang