Kasus Keenambelas

96 21 0
                                    

Mobil hitam itu terparkir di markas tim Kuda Hitam, nama lain dari tim jatanras yang dipimpin oleh Kanit Kompol Enriko Attariq Zein.

“Hanya ditemukan motor, tas berisi dompet, ponsel dan juga tas wanita yang sepertinya ini adalah calon istri Brigpol Bumantara.”

“Ada saksi mata lain?”

Zidan mengangguk. “Ijin, lapor Ndan. Ada kesaksian dari pengemudi taksi online. Dia mengunggah foto Mbak Cleo berjalan menembus hutan dan di langkah ketiganya ia hilang. Itu sedang viral di salah satu aplikasi bebagi video.”

Pemuda itu mengulurkan ponselnya.

Gila, Cuk. Dia asli manusia apa bukan ya? Dia bilang mau nyusulin lakinya. Katanya lakinya nyari air terjun. Padahal jalan ke sana kan udah lama ditutup. Kabutnya mendadak tebel banget. Cewek itu beneran ngilang. Sumpah. Gila banget! Dia manusia bukan ya!”

Suara itu seperti suara orang ketakutan. Ia menggas mobilnya dan video itu berakhir.

“Sudah tahu identitasnya?”

“Sudah, Ndan. Bripda Elang dan Bang Faraz yang menemui dia.”

Angkasa mendengar semua kesaksian di sana. Adiknya hilang.

“Ndan, adik saya kenapa?”

Riko menyadari kehadiran Angkasa.

Capt. Angkasa! Silakan duduk.”

Riko memberi hormat pada kakak Bumantara itu. Wajah gusar Angkasa sudah menjelaskan jika ia tak mau basa-basi.

“Jadi?” tanyanya.

Zidan tak berani menjawab meski sangat ingin ia bercerita.

“Bripda Zidan, tolong buatkan kopi untuk Captain Angkasa.”

Zidan segera melakukan tugasnya. Ia paham, Riko ingin menjelaskan semuanya berdua saja.

“Selama hampir sepuluh tahun adik Anda bergabung menjadi bagian dari kami. Dia pernah mendapatkan sebuah kenaikan pangkat luar biasa akibat pengusutan kasus dan aksi heroiknya saat menumpas pelaku klitih dan penjualan organ manusia beberapa tahun lalu.”

Prolog itu terdengar bertele-tele. “Saya paham, Ndan. Adik saya memang hebat. Darah kami darah prajurit. Saya hanya ingin tahu intinya saja. Adik saya dimana dan bagaimana kondisinya.”

Riko menatap pria di hadapannya. Mereka sering bertemu sebelum ini saat kasus penganiyaan kembaran Angkasa, yang juga istri Faraz, lima tahun lalu terjadi hingga membuat wanita itu harus kehilangannya nyawanya.

“Brigpol Bumantara melakukan penyisiran lokasi tidak sesuai dengan prosedur lapangan kami. Tidak juga bergerak berdasar arahan kami. Dan… tidak sedang berada dalam jam tugas.”

Angkasa mencoba menahan diri untuk membiarkan atasan adiknya itu berbicara panjang lebar.

“Dia hanya berpamitan pada anak buahnya, tetapi tidak pada saya dan juga Ndan Eijaz. Dan… Bripda Zidan memutuskan untuk menyusulnya. Ia berusaha melacak ponsel Brigpol Bumantara, hanya ditemukan tasnya saja di sebuah surau tua. Kami sudah berusaha menyisir lokasi. Namun, nihil. Tidak ada jejak apapun di sana. Justru, kami menemukan hal lain.”

Angkasa tak kuasa menahan mulutnya untuk diam.

“Apa? Menemukan apa?”

“Di salah satu jalan di belakang surau itu ditemukan banyak kerangka manusia. Beberapa ada yang mini. Dan, belum lama, warga di sana juga mengatakan jika ada orang hilang. Pendaki yang nekat naik ke gunung itu. Sementara, pencarian dari bawah belum membuahkan hasil.”

Desus KasusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang