Kasus Ketigapuluhsatu

93 14 1
                                    

Semua yang terjadi memang sudah sesuai takdir Allah. Kita tidak bisa mengubahnya, kita tidak bisa menghapus apa yang telah berlalu dan mengganti dengan yang baru.

Gadis berjilbab yang memimpikan sosok kakak yang baru ia kenal seminggu lalu, kini nekat untuk mencari titik di mana konon Cleo hilang. Davina menemukan sebuah surau tua. Persis seperti dengan apa yang ia lihat dalam mimpinya.

“Mbak, Mbak e mau ke mana?”

“Saya… saya nyari kakak saya, Pak.”

Laki-laki yang tengah menyapu surau itu mendadak senang. “Mbak adiknya mbak-mbak yang pingsan tadi?”

“Bapak liat Mbak Cleo?” tanya Davina ragu.

“Benar. Katanya namanya Io atau siapa gitu. Monggo, ada di rumah Ustadz Khairi.”

Davina mendadak lega, ia sangat terharu, mimpinya tak asal-asalan. Sosok yang tadi tengah repot memarkirkan motor trailnya, kini berjalan menyusul sang kekasih.

“Ke mana, Yank?”

“Mbak Cleo ketemu,” bisik Davina.

“Beneran?”

Davina mengangguk sembari tersenyum. Zidan ikut mengucap syukur. Mereka mengikuti bapak-bapak yang tadinya membersihkan surau itu. Mereka melewati jalan setapak yang cukup panjang dan sedikit licin.

“Hati-hati.”

Zidan benar-benar mengawasi langkah Davina, takut jika gadis itu sampai terjatuh.

“Bang, aku bukan anak kecil yang perlu digandeng biar nggak jatuh. Lagian missal jatuh paling cuman kena tanah doang.”

Zidan menggeleng. “Aku terlalu pencemburu, aku nggak mau kamu dicium tanah.”

Davina membelalakkan mata dan mencubit pinggang Zidan.

“Allahu Akbar. Sakit, Sayang!”

“Sayang, Sayang! Emang siapa yang sayang-sayangan?”

“Kita,” jawab Zidan.

Davina bergidik ngeri. Ia berjalan lebih cepat agar tak semakin kesal dengan keabsurdan Zidan yang mendadak bucin pasca pertengkaran mereka kemarin.

Mereka sampai di sebuah rumah sederhana. Davina dipersilakan masuk oleh pemiliknya. Setelah sedikit berbasa-basi, akhirnya ia bisa bertemu dengan Cleo.

“Mbak Io?”

“Davina,” lirih Cleo.

Ia terlihat pucat. Tatap mata gadis itu yang biasanya penuh binar, kini redup.

“Kamu sama siapa?”

“Sama Abang Zidan,” ucap Davina pasca memeluk Cleo.

“Semalem aku mimpiin Mbak, terus aku ijin ke Abang mau nyari Mbak ke sini. Alhamdulillah ketemu. Pak Buma udah nyariin Mbak terus. Beliau dirawat di rumah sakit.”

Cleo meraih jemari Davina saat Zidan masuk. “Aku mohon ke kalian, tolong jangan bilang ke Mas Buma kalau kalian ketemu aku.”

“Kenapa Mbak?” Zidan segera bertanya.

“Aku… aku akan sampaikan seluruh informasi yang aku tahu tentang sekte laki-laki bejat itu. Tapi, aku ingin ini menjadi penutup semuanya. Aku mau hijrah. Aku mau lepas dari bayang-bayang masa kelam itu. Akan aku ceritakan semua ke kalian tentang apa yang aku dapat selama aku hilang.”

Zidan dan Davina sempat saling berpandangan sebelum akhirnya mengangguk.

“Terus Mbak Cleo mau tinggal di mana?”

Desus KasusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang