Deru baling-baling di bagian atas armada bak capung itu terdengar di seluruh penjuru. Perlahan, heli yang lepas landas dari landasan pacu sejauh 10 km jaraknya dari TKP di mana Buma hilang, kini sampai di koordinat yang dikirimkan oleh Zidan.
Masih belum ditemukan apapun dari penyisiran di bawah. Bahkan air terjun itu seolah hilang dan tak terjaungkau dari bawah. Itulah kenapa Angkasa nekat mencari dari atas. Siapa tahu, ia bisa melihat sebuah tanda keberadaan adiknya dari udara.
Hijau lembah memukau mata. Angan Angkasa mendadak melanglang buana. Ia memikirkan tentang sebuah ide manis, mengajak kekasihnya berkeliling dengan heli seperti ini, meski sejujurnya ia tak punya ijin terbang dengan kendaraan itu. Ini jalur gelap, ya, kalau bukan karena memaksa si pemilik heli untuk memberikannya ijin demi misi kemanusiaan, ia tak akan diperbolehkan mengendarai benda itu sendiri meski bar 4 sudah ia sandang di bahunya.
“Capt! Itu, itu air terjunnya!”
Co-pilot yang sudah sekian lama bekerja dengannya, berteriak kegirangan.
“Right, Dave. Kita turun,” ucap Angkasa.
Saat berputar di sisi lain, kondsi tekanan udara masih sangat stabil dan bersahabat. Namun, justru ketika mereka mulai turun dan mendekati air terjun, mendadak kabut menghilangi pandangan mereka.
Suara para crew yang memantau lewat monitor tak terdengar. Angkasa tak siap.
“Capt!” pekik David. Ia sudah paham apa yang terjadi.
“Allahu akbar.”
Satu kalimat yang sempat terucap dari bibir sang kapten.
***
Hidangan sop matahari yang disuguhkan Bening, ludes habis. Kini es kuwut yang cukup segar menjadi penutup. Ya, meski masih pagi, Dewi mengatakan jika ingin menyantap es. Sehingga Bening memutar otak, meski hanya ada bahan seadanya yaitu mentimun, jeruk nipis, nata de coco, dan sirup melon.
“Masyaaallah, mantuku pinter banget ya. Nggak cuman jago masak, tapi juga sigap, bisa mengolah bahan murah jadi mewah.”
Pujian Dewi membuat Bening salah tingkah.
“Insyaaallah, menantu kita ini tidak mengecewakan, Mbak. Sudah saya didik sedemikian rupa. Alhamdulillah, dia menuruni tangan ibunya, tangan pinter masak. Bahkan, masakannya lebih enak dari masakan saya.” Dianty mengimbuhi.
Bening hanya bisa menanggapinya dengan celetukan ringan. Ia segera merapikan peralatan bekas makan di sana. Namun, entah kenapa tiba-tiba piring yang ia sentuh jatuh dan pecah.
“Astagfirullahal adzim.”
Mendadak, jantungnya berdegup kencang.
“Nduk, kenapa?”
Krisna dan Dewi ikut panik.
Bening menggeleng. “Ma-maaf, tiba-tiba jatuh sendiri, Umi.”
“Ya Allah, semoga bukan tanda apa-apa,” ucap Berlian.
Semua mata kini tertuju pada Berlian. Ia pun segera beranjak dan membantu Bening membereskan pecahan piring di sana.
“Lian, maksud kamu apa?” tanya Dianty.
“Eng-enggak Mi. Lian Cuma asal bicara aja. Kan Mas Asa lagi nyusulin Mas Buma eh anu, enggak. Itu….”
Berlian mendadak gugup karena ia keceplosan. Ia sudah janji untuk tidak mengatakan apapun tentang hilangnya Buma.
“Mas Buma ke mana? Kenapa?”
Saat Berlian diserang dengan tatapan tajam seluruh orang di sana, sosok tetangga Bening muncul.
“Assalamualaikum! Ning! Bening!”
“Wa alaikumusalaam. Ya Allah, Mbak kenapa lari-lari?”
“Ning! Barusan suamiku telpon. Masmu!”
“Masku? Masku kenapa Mbak?”
Sang tamu tak paham jika tengah ada orang lain di sana.
“Masmu, Masmu hilang di hutan. Tadi pagi, pacarmu nyusulin dia pakai heli dan sekarang….”
Kalimat itu tergantung.
“Ha? Masku hilang? Kapan?”
“Astagfirullah Buma? Anakku?”
Kini sang tamu sadar ia melakukan kesalahan. Nuansa, si tetangga yang juga seorang bhayangkari, mendapat kabar dari sang suami dan diminta menyampaikan ke Bening.
“A-anu… Pak Bumantara masih belum ditemukan, tapi, bukan itu poinnya.”
Dianty terduduk lemas.
“Maksud Mbak Nuan apa?”
“Yang sabar ya, Ning. Itu… heli yang dikendarai Captain Angkasa jatuh. Kata suamiku, timnya sedang berkoordinasi untuk melakukan evakuasi. Di area gunung Tumpul.”
Semua orang di sana mendadak lemas. Bahkan si kecil Nirbita, yang mendengar nama pamannya disebut, ia paham dengan apa yang terjadi.
“Uncle Asaaaa!” jeritnya sembari menangis.
Krisna, yang shock setengah mati, berusaha untuk tegar.
“Aku harus ke sana. Kalian, sementara pulang ke rumah Bang Tjandra dulu saja.”
“Daddy, aku ikut. Anakku Dad! Anakku!” Dewi histeris.
Putra satu-satunya yang hidup, kini terkena musibah. Jelas, nyawanya seperti dicabut paksa saja. Ketakutannya saat kehilangan Aishy, mendadak menyeruak.
Ya Tuhan, memang benar, mereka terlahir dari hubungan yang belum halal. Namun, kekeliruan itu murni dosa saya. Jangan ambil mereka dengan cara seperti ini. Biar saya yang menanggung dosanya, jangan timpakan pada mereka.
Bening tak kalah kacaunya. Bagaimana tidak, calon suaminya dikabarkan kecelakaan saat mengendalikan heli.
Bayangan tentang kematian sang ayah dulu, akibat crash landing pesawat pun mendadak mengaduk-aduk perasaannya.
Ya Allah, selamatkanlah calon suami hamba. Demi apapun, hamba mohon... Selamatkanlah Mas Asa...
✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨
Assalamualaikum...
Baru mau happy tapi takdir berkata lain....
Bening harus menerima takdir...
KAMU SEDANG MEMBACA
Desus Kasus
RomanceCleopatra Dresanala, tengah dihadapkan pada kenyataan jika dirinya akan dijadikan boneka oleh mantan suami ibunya pasca kematian sang kakak tiri. Jatra, laki-laki pemimpin sekte terlarang, selalu membutuhkan bantuannya untuk mencari tumbal. Bumanta...