Kasus Kesekian

169 15 2
                                    

Dua laki-laki serupa dan dua gadis duduk mengelilingi satu meja.

"Jaga mata lu," tegur Buma.

Angkasa yang sedari tadi mengamati Bening memakan es krim, melirik adiknya jengah.

"Bisa sopan dikit nggak? Gue abang lu."

"Tapi yang lu tatap itu adik gue! Jangan tatap adik gue kayak gitu atau gue colok mata lu! Dia bukan barang yang bisa diliat sembarangan. Apalagi otak busuk lu pasti kotor ngebayangin dia."

Angkasa berdecih. "Gue bakal nikahin dia. Jangan lebay."

Bening terkikik. Ia begitu menikmatinya ketika sang calon suami dan sang kakak bertengkar karena dirinya.

Di sisi lain, Cleo diam. Ia sama sekali tak menaikkan pandangnya.

"Mas, aku pamit ya."

Buma menoleh. "Mau ke mana?"

"Pulang."

Angkasa dan Bening mengamati pasangan itu.

"Mbak Cleo mau ke mana? Kan belum jadi makan?" Bening berucap.

Cleo menggeleng. "Masih kenyang. Maaf ya, aku duluan."

Buma menyadari kesalahannya, sedari tadi ia justru ribut dengan Angkasa.

"Duh, adek ipar ngambek dicuekin ayank."

Angkasa malah menyiram bensin di atas bara. Buma reflek menggeplak kepala kakaknya sebelum mengejar calon istrinya pergi.

"Aw! Brengsek lu!" Umpat Angkasa.

Buma berlari mengejar Cleo.

"Sayang! Sayang! Tunggu."

Cleo sudah sampai di halaman depan resto.

"Sayang tunggu."

Kali ini, jalan Cleo diblok oleh sosok tinggi tegap itu.

"Sayang, maaf. Maaf aku nggak bermaksud nyuekin kamu. Aku cuma me-"

"Mas balik lagi aja ke sana. Aku memang mau pulang karena capek kok, bukan karena apa-apa."

"Sayang, maaf."

Cleo mencari jalan lain agar bisa pergi dari Buma.

"Sayang."

Suasana hati Cleo memang sedang tidak baik. Ia sudah seminggu ini kembali ke kehidupan Buma tetapi rasanya berbeda.

Ada hal yang sepertinya berubah dari waktu-waktu di masa lalu mereka.

Buma akhirnya membiarkan Cleo berjalan keluar, sesuai yang ia inginkan. Ia pun menyadari ada perubahan besar pada gadisnya itu.

Cleo yang sekarang, bukanlah Cleo yang dulu. Ia jauh lebih tertutup, pendiam, dan misterius.

Buma mengacak rambutnya sendiri, kesal. Ia bingung harus berbuat apa.

Sementara itu, tanpa Cleo sangka, ada dua orang pengendara motor yang mendekat ke arahnya.

Tas cantik yang ia pakai menjadi sasaran tangan jahil dua orang itu. Netra jeli Buma membuat polisi tampan itu paham akan apa yang terjadi.

Ia segera melindungi gadisnya. Kakinya menyepak para pelaku hingga terpelanting ke arah jalan dan tertabrak mobil yang lewat.

Cleo yang terkejut hanya bisa pasrah.

Buma sempat mendapat perlawanan dan pisau sang pelaku menggores lengannya.

"Mas," lirih Cleo.

"Tenang, nggak apa-apa."

Buma tersenyum. Ia tetap mendekap sang kekasih sembari menelpon anggotanya untuk menyelesaikan urusan para pelaku kejahatan.

Desus KasusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang