Kisah Lembar Baru

100 9 0
                                    

Dua buah gundukan bertuliskan nama kedua orangtuanya, menjadi tempat dimana Cleo menatap sejak lima belas menit yang lalu. Ia akhirnya menemukan makam ayah dan ibunya. Ia juga menemukan kakak dari ibunya, berkat bantuan Buma dan timnya.

"Nduk, anakmu datang. Dia persis kayak kamu, Nduk. Dia cantik sekali."

Pria yang sekilas mirip Cleo itu terlihat tersenyum meski matanya sembab.

"Nduk, Dik,  Allah sudah menjaga anak kalian."

Cleo menyandarkan kepalanya di bahu sang Pakde. Ia pernah melihat sosok Pakdenya ketika kembali ke tahun di mana akhirnya ia tahu kisah masa lalu orang tuanya.

"Sudah mau gerimis, ayo pulang saja. Besok ke sini lagi. Tadi, gendhuk belum makan kan? Pak Ustadz dan Ibu, juga Mas polisi belum dhahar juga."

Wanita berparas cantik, istri dari kakak kandung ibunya, mengajaknya pulang.

"Iya, Bude," ucap Cleo sembari memeluk Budenya.

Cleo senang, keluarga ibunya menerimanya dengan sangat baik. Dan, kabar terbaru yang datang, ternyata keluarga sang ayah juga tengah rombongan untuk menemuinya, bertolak dari Kediri.

Jarak dari makam ke kediaman sang paman tak jauh. Pria berpangkat Kolonel yang baru saja purna tugas tahun lalu, memang sengaja memakamkan adik dan iparnya di pemakaman keluarga.

"Panjenengan juga purnawirawan AURI?"

Tjandra tersenyum. "Hanya beberapa tahun saja, setelah ini malfungsi, saya pensiun dini."

Tjandra menunjukkan kaki kiri dan tangan kirinya yang memang sudah tak seratus persen berfungsi sempurna meski ia bisa berjalan kembali.

"Masyaallah, luar biasa sekali panjenengan, Ndan. Pantas saja, Mas Polisi gagah ini juga begitu moncer kariernya. Saya mengikuti loh, setiap berita di TV sama di koran. Sering saya lihat Mas Bumantara ini waktu konferensi pers. Makanya kemarin waktu tiba-tiba beliau ke sini, saya kaget dan senang. Alhamdulillahnya lagi, kok ya ternyata calon suami ponakan saya satu-satunya ini."

Cleo tersipu. Ia menggandeng Bude dan calon mertuanya bersamaan. Ketiganya berbincang sembari berjalan kembali ke rumah.

Buma diam-diam mengabadikan senyum dan gurau canda sang ibu serta calon ibu dari anak-anaknya itu.

Alhamdulillah... setelah sekian lembar kisah tersurat, akhirnya berujung pada akhir yang indah. Aku tidak pernah mengira, gadis bar-bar informan utama yang aku manfaatkan semata-mata untuk mengungkap kasus yang aku tangani, ternyata justru menjadi jawaban dari doa-doaku dan kedua orangtuaku. Ya Allah, terima kasih atas takdir indah ini. Semoga, hamba bisa menjadi rumah untuknya, yang penuh kehangatan dan cinta, hingga ia tak lagi merasakan pedih dan sepinya hidup sebatang kara. Sudah cukup ia merasakan lara. Ijinkanlah aku membahagiakannya. Sesungguhnya, aku mencintainya karena-Mu.

****

"Umi! Abi!"

Bintang, adik Buma yang tengah, kebingungan mencari orangtuanya. Saat sampai di tempat tujuan, ia tertidur, hingga akhirnya ia ditinggal di dalam mobil.

"Mas Buma? Mbak Io? Umi? Abi?"

Ia berkeliling sembari memanggil empat orang yang tadi membersamainya.

Tidak satupun dari empat orang yang ia cari menampakkan diri. Ia pun lupa, tadi karena terburu-buru, Bintang tak membawa tas. Ia hanya mengambil ponsel saja dan menitipkan di tas Cleo.

Di tengah kebingungannya, Bintang melihat seorang pemuda bertelanjang dada tengah berlatih bela diri bersama beberapa anak kecil. Bintang memberanikan diri untuk mendekat.

Desus KasusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang