Kasus Ketigapuluh

105 19 5
                                    

Polisi berpangkat brigadier itu terbaring di atas ranjang. Matanya kosong menatap ke satu titik. Ingatannya kini dipenuhi dengan bayang-bayang Cleo. Seluruh orang di sana tak tahu siapa Cleo. Bahkan menganggap Buma berhalusinasi saja.

“Kakaknya hilang ingatan, adiknya halusinasi. Ya Allah… ada apa dengan putra-putraku,” lirih Tjandra.

“Abi, sudahlah. Setidaknya mereka selamat. Angkasa, Bumantara, kembali dengan sehat. Itu sudah lebih dari cukup.”

Tjandra masih tak mengalihkan kepalanya dari bahu sang istri. Dianty menenangkannya dengan terus mengelus pipi suaminya.

“Permisi.”

Interupsi datang saat keluarga Tjandra tengah saling menguatkan. Berlian yang baru memurojaah hafalannya ikut menoleh.

Sosok bermata sipit dengan kulit putih terlihat di sana. Ada tiga orang di belakang tamu itu.

“Ustadz Tjandra?” tanyanya meyakinkan.

“Tjandra saja. Saya bukan ustadz. Monggo, silakan duduk.”

Pria yang paling tua mengulurkan tangan. Sementara seorang wanita berambut pendek mengulurkan tangan pada istri Tjandra.

“Kami keluarga Dave.”

“Dave?”

“Ya, putra kami co-pilot yang sering kerja bersama Captain Angkasa. Dia berada di heli yang sama dengan Capt Angkasa saat terjatuh. Dan, menurut kesaksian tim SAR, putri anda yang sudah menyelamatkan putra kami.”

Berlian menyudahi kegiatannya.

“Putri kami?”

“Adek, Bi yang nolongin tadi. Dek Lian.”

Bintang menunjuk adiknya.

“Putri bapak kembar?” tanya si wanita berambut pendek seolah takjub.

“Betul, putri kami kembar tiga.”

Pandangan wanita itu seperti berbeda. Seolah ada sesuatu yang menggelitik relung jiwanya.

“Dave itu cucu bungsu kami. Sebenarnya, dia juga kembar, tetapi kembarannya dibawa lari oleh salah satu asisten rumah tangga yang sengaja menculiknya karena sakit hati sama saya setelah ketahuan mencuri uang di rumah kami. Sampai saat ini, kami belum menemukan dimana Danish berada. Itulah kenapa, kami benar-benar hancur saat dikabari Dave kecelakaan. Kami langsung terbang kembali ke Indo untuk mencarinya tetapi puji tuhan, dia ketemu. Orang tua Dave sudah lama meninggal. Jadi, kami mewakili keluarga, ingin mengucapkan terima kasih pada putri bapak.”

Salah satu orang yang membawa koper, segera menyerahkan benda itu pada majikannya sebelum keluar dan kembali dengan beberapa tas dan parcel.

“Ini sebagai wujud terima kasih kami.”

Bintang sampai menganga melihat hadiah yang dibawakan untuk adiknya. Tjandra dan istrinya pun ikut bingung sementara Berlian berusaha untuk tetap tenang. Buma mengamati situasi.

“Ini semua untuk kamu, Sayang. Terima kasih sudah menolong cucu Oma.”

Wanita itu berdiri dan mendekati Berlian.

“Maaf, Ibu, Bapak, terima kasih sudah sangat baik datang dan membawa sedemikian banyak hadiah. Namun, saya menolong kakak tadi, bukan karena mengharap imbalan. Saya menolongnya hanya sebagai perantara Allah, menyelamatkan kakak tadi. Allah yang menggerakkan saya.”

“Tapi tetap saja itu usahamu, dan kami sangat senang kamu menyelamatkan penerus keluarga kami. Satu-satunya cucu laki-laki yang tersisa dalam keluarga kami. Hadiah ini masih tidak ada apa-apanya, nanti Opa kirim lagi, ya. Sementara kamu terima dulu, ya cantic?”

Desus KasusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang