Kasus Kelimabelas

77 15 4
                                    


Rintik hujan mulai mereda. Sinar rembulan kini bertahta di atas sana. Buma kembali tertidur setelah bersalat isya. Entah kenapa, tubuhnya terasa cepat lelah di sini.

“Ya Allah, dimana ya?”

Gumaman sang dara membuat pria itu membuka mata. Sudah ada bantal di bawah kepalanya dan selimut di atas tubuhnya.

“Kamu nyari apa?”

“Tasku. Sling bag-ku yang isinya HP sama dompet, Mas.”

Buma mendadak ingat sesuatu. Ia pun menyadari sesuatu. “Tasku juga nggak ada, Dek. AKu tadi bawa tas, warnanya coklat. Hp dan identitasku juga di sana sama kunci motor.”

Keduanya pun kebingungan.

“Mas, mungkin nggak kalau kita balik ke sana lagi? Kita cari dulu, siapa tahu kalau kita bisa nemuin itu.”

Buma mengangguk.

“Ini jaketnya, pake dulu.”

Cleo mengeluarkan jaket parka dari tasnya.

“Kantong Doraemonmu itu isinya apa aja sih? Kenapa sampai baju laki-laki juga ada di situ?”

“Udah nggak usah banyak tanya. Baguskan aku bawakan baju ganti, sarung, sama jaket. Pinter kan aku? Mendalami peran sehebat ini. Baju basahmu tadi juga udah aku cuci. Tuh aku jemur, sebelahan sama punyaku.”

Buma acuh. Ia tak mau trbawa suasana. Bahaya jika ia membiarkan logikanya mengagumi Cleo di saat seperti ini. Mereka terlalu dekat padahal tidak terikat.

“Ayo keluar. Ada banyak hal yang ingin aku pastikan. Termasuk tentang kecurigaanku jika kita sudah melintasi alam yang berbeda.”

Buma menempelkan telunjuk di bibirnya. Cleo paham, mereka harus berhati-hati.

“Aku mau pulang,” cicit Cleo.

Buma mendekat. “Aku janji akan membawamu pulang. Pasti.”

Cleo menatap pria itu kemudian tersenyum. “Aku mau pulang karena ingin mengantarmu pulang. Kalau aku pribadi, terkurung di dunia antah berantah ini juga tak masalah. Tidak akan ada yang menangisiku. Tapi, kalau Mas… pasti kedua orang tua Mas, kakak dan adik-adik Mas bakal sedih kalau Mas nggak pulang.”

Mata Buma mendadak nyalang. “Jangan pernah mengucapkan hal seperti itu lagi atau aku akan benar-benar mengikatmu di dunia dan di akhirat. Agar kamu berada di bawah kuasaku, Cleopatra Dresanala.”

Buma mengatakannya setengah berbisik tetapi penuh tekanan. Cleo tersenyum.

“Menikahlah dengan gadis yang kamu cintai dan mencintaimu. Yang membuatmu merasa hidup dan dapat melengkapi kebatuanmu itu.”

Cleo seolah mengejek Buma. Ia mengenakan jaketnya dan melangkah ke luar lewat jendela geser yang ukurannya cukup lebar itu.

“Jangan sembarangan lewat jendela,” tegur Buma.

Cleo malah menjulurkan lidah. “Bilang aja sirik, karena badanmu nggak muat di sini kan?”

Buma akhirnya hanya bisa mengembus napas saja. Ia mengenakan jaket yang disiapkan Cleo untuknya dan keluar lewat pintu kamar. Ia harus melewati lorong rumah induk sebelum bisa keluar ke pintu utama.

“Dia bilang mau ke Dukuh Barung. Dia pasti bagian dari orang-orang di sana. Mana mungkin ada orang asing yang tahu tentang Dukuh setan itu? DIa pasti wanita dari bangsa itu, dia ingin membawa laki-laki tadi ke sana. Kita harus bantu laki-laki itu pergi.”

Desus KasusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang