Netra Cleo tak beralih dari kain pink yang kini sah menjadi miliknya. Seragam ini bukan sembarang seragam. Ini bukan sesuatu yang bisa dikenakan sebagai gaya-gayaan di sosial media. Seragam ini membawa makna yang begitu dalam.
"Assalamualaikum, Nyonya Bumantara."
"wa alaikumussalam warahmatullah."
Cleo menoleh. Sang penyapa memamerkan deretan giginya yang rapi.
"Kenapa? Nggak nyangka bisa jadi Bhayangkari."
Cleo menggeser tubuhnya. Ia merapatkan jaket mantel yang ia kenakan untuk menyamarkan lekuk tubuhnya.
"Mas kenapa sih ngeyel banget malah ke sini? Kan udah dibilangin sama abi kalau nggak boleh ke sini dulu sebelum akad."
"Seminggu itu lama, Sayang."
"Cleo, namaku Cleo, bukan sayang."
Buma mengerucutkan bibir. "Ih kamu mah."
"Mas tahu kan, meski memang restu keluarga sudah turun, restu atasan sudah turun, restu kantor sudah, tapi tetap saja, kita belum sah."
"10 jam itu lama, Cleo."
"Karena Mas nurutin apa kata setan. Makanya 10 jam terasa lama. Padahal selama ini, dua puluh tahun lebih tanpa pasangan juga biasa saja."
Buma mengusap wajahnya kasar. Ia merasa sekarang justru dialah yang budak cinta. Dimana wibawanya selama ini? Dimana kegagahannya selama ini? Ia merengek-rengek mengatakan rindu sampai hampir mati rasanya dihadapan calon istrinya.
"Ning, maaf, Pak Bumanya dipanggil Mbah Yai."
"Tuh, dicariin simbah."
Buma mengerucutkan bibir.
"Aku tuh masih kangen sama kamu, Sayang."
Saat mengatakan itu mendadak Buma merasa telinganya sakit. Jeweran sang kakak kini ia dapat.
"Buruan jadi saksi gue, ngapain lu malah di sini hm?"
"Bang Asa, sakit weh!"
"Buruan, abangmu ini keburu mau nikah, kamu malah kabur ke sini ngapel. Maaf ya adik ipar, kakak ipar bawa calonmu ke dalam dulu jadi saksi. Oke?"
Cleo terkikik dan mengangguk. Ya, malam ini, Angkasa dan Bening menikah di masjid di depan rumah keluarga Cleo. Ada beberapa alasan yang dipilih keluarga.
Awalnya, Bening menginginkan jika biar Buma dulu yang menikah, tetapi pihak keluarga lebih setuju jika pernikahan Angkasa dan Bening didahulukan, dan nanti resepsinya bersamaan.
"Ning Io, monggo sudah ditunggu Ibu di dalam."
Seorang santri yang mengabdi pada keluarga kakeknya mengajaknya masuk. Malam ini, Cleo dipingit. Ia tadi keluar untuk mengambil kain baju Bhayangkarinya yang dibawakan oleh sang calon mertua. Namun ternyata Buma malah mencuri-curi waktu bertemu dengannya.
Sejujurnya ia juga cukup rindu dengan Buma, hanya saja keteguhan imannya membuatnya bisa menahan diri. Cleo merasa jauh lebih tenang dan merasa nyaman setelah tinggal bersama keluarganya.
Sang kakek yang luar biasa, memikatnya dengan aura positif yang merasuk ke dalam tubuhnya. Kini tak lagi ia merasakan hal-hal di luar nalar yang kadang seolah masih menghantuinya.
Cleo masih ingat, awal bulan lalu ketika pertama kali tinggal bersama keluarga kandungnya, tubuhnya bereaksi saat sang kakek dan saudara-saudaranya tengah berdizkir pagi. Cleo merasakan tubuhnya menggigil dan mual luar biasa. Hal itu berlangsung pula saat sedang melakukan dzikir petang, hingga akhirnya sang kakek tahu penyebabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desus Kasus
RomantizmCleopatra Dresanala, tengah dihadapkan pada kenyataan jika dirinya akan dijadikan boneka oleh mantan suami ibunya pasca kematian sang kakak tiri. Jatra, laki-laki pemimpin sekte terlarang, selalu membutuhkan bantuannya untuk mencari tumbal. Bumanta...