●8

1.5K 72 0
                                    

heellowwww readers
vote coment yah
minimal 2 coment langsung up besok
pengen deh 1k aamiin ya allah

"Bulan sepertinya juga kesepian sama seperti matahari namun ia tak pernah menyerah untuk bersinar".

{Deandra Glendwijaya}

"Bunga saja membutuhkan kumbang untuk membuat nya kembang, sama seperti manusia ia tetap butuh seseorang untuk bertahan".

{Devandra Glendwijaya}

Tiga hari telah berlalu, keadaan Devan pun berangsur membaik setelah banyak pemeriksaan. Walaupun belum di nyatakan pulih, tapi untuk tubuh nya sudah tidak rentan lagi. Dean yang senantiasa menjaga Devan tanpa lelah sekalipun, bahkan ia juga kadang melupakan jadwal makan dan istirahat nya.

Sesayang itu pemuda bermata bulan sabit itu, dan satu fakta lainnya bahwa sampai detik ini kedua orang tuanya belum ada kabar sama sekali. Tapi untuk saat ini Devan sudah tak mempermasalahkan itu semua. Sampai saat ini buktinya ia bisa menjaga Devan.

Bahkan ia juga tak merasa sendiri, ia punya teman-teman nya yang senantiasa bersama dengan nya. Kadang memang benar kata orang, orang lain bisa jadi keluarga, sedangkan keluarga sendiri bisa menjadi orang lain.

"Loh kamu udah bangun, abang kira masi lama tidur nya". Ucap Dean mengusap lembut surai hitam milik pria berwajah manis ini.

"Abang mau adek tidur lebih lama?". Ujarnya langsung di balas tatapan dingin dari Dean.

"Ga gitu maksudnya, bosen ga?". Devan langsung mengangguk senang.

"Yaudah". Ucapnya singkat.

Devan sudah menggerutu sembari memainkan ujung selimut nya. "Ngapain nanya kalau gamau ngajak". Ujar nya berbisik, tentu saja Dean mendengar namun ia tetap acuh.

"Daripada kamu ngedumel mending kamu jawab pertanyaan abang." Tawar nya mencoba memperbaiki mood si bungsu

Devan tetap kukuh untuk diam, ia malah sibuk menatap langit-langit ruangan putih tersebut.

Pertanyaan kenapa tidak main handphone?, jawabnya tentu Dean tidak memberikan benda pilih itu, ia bahkan sudah menyimpan benda itu jauh sebelum Devan sadar. Wajar saja remaja berkulit putih itu merasa bosan.

"Pelit banget jadi abang, egois. Maunya dengerin dia aja tapi ga mentingin orang."Dercak Devan tanpa sadar ia mengumpati Dean secara terang-terangan.

Dean yang semulanya membersihkan beberapa bekas makanan Devan pun menghentikan pergerakan langkah nya.

Netra hitam nya beralih menatap ke arah si bungsu. yang saat ini belum enggan menatap nya.

"Gua egois untuk lo Van".

"Gua posesif karna lo, gua kaya gini karna lo gua menghabiskan waktu belajar gua untuk lo. Tapi lo sendiri mikir gue egois, gua juga cape sama kaya lo Devandra". Lirih Dean panjang lebar, ia membuat Devan bungkam tanpa suara.

"Gue juga tau lo butuh ayah bunda gua tau, gus juga butuh Van!, Gue juga butuh semua itu gue juga ga bisa menggantikan posisi ayah dan bunda buat lo tapi gua usaha!". Ujar nya lirih sembari terisak pelan, dengan susah payah ia menahan isak yang selama ini ia tahan.

Deandra&Devandra ●NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang