●18

1K 54 0
                                    

happy reading
vote coment yaa

"Bertahan sedikit lagi harapan yang kamu tunggu pasti akan terwujud, ingat sejauh apa gelombang di lautan badai akan pasti berlalu"

Disinisi di ruangan serba putih ini masih
terlihat satu ranjang yang masih dengan mahkluk yang sama. Terbaring dengan alat bantu hidup di beberapa bagian tubuhnya, wajah tenang itu masih terlihat nyaman untuk menutup mata dan sepertinya belum enggan untuk membuka. 

Elusan lembut dari tangan kekar pemuda itu Dean dengan keadaan yang masih sama sejak dua jam yang lalu. "Masi bobok aja bangun dulu yuk" Ujar Dean mengusap wajah yang masih dihiasi air mata.

"Dek ternyata kamu malang banget punya kembaran kaya abang, abang brengsek dek. Abang bahkan udah berkali-kali nyakitin kamu tapi kamu masih mau jadi kembaran abang" Ucapnya lirih jujur rasa penyesalan nya makin besar dari apapun. Ia menyesal sangat ini bukan yang pertama untuk ia menyakiti Devan namun sudah berkali-kali.

"Maaf udah nyakitin kamu, maaf karna abang lagi-lagi kamu disini. Maaf abang ga maksud buat nyakitin kamu dek...Abang takut kamu kenapa-kenapa pemuda itu ga bener dek. Dia mau nyakitin kamu dan hancurin abang"

"Dek apapun keadaannya jika nyawa yang jadi taruhan nya abang siap dek. Tapi jangan pernah melanggar apa yang abang larang, abang terlalu takut kamu celaka karna abang"

Dean masih setia menggengam tangan kurus Devan sembari memandangi lekukan garis wajah Devan yang sangat sama dengan Ayah.  Ah ya dia jadi kangen ayah. "Bangun Dek abang mau minta maaf, masa kamu tega bikin abang uring-uringan gini. Kamu boleh hukum abang sampai babak belur juga dengan syarat kamu bangun ya" Ntah sihir apa yang di ucapkan Dean .

Devan perlahan membuka kedua kelopak mata indah itu. Hal yang pertama ia lihat adalah kembaran nya yang menunduk dan membenamkan wajah di brangkar Devan. Tangan hangat itu masih setia menggengam tangan dingin Devan yang tidak terinfus.

Devan menggeliat pelan dan mengangkat tangan dengan sedikit susah untuk menyentuh rambut Dean. "A-bang " Gumam nya lirih yang hampir tak terdengar.

Dean merasakan jika kepalanya ada sosok tangan yang mengusap lembut. Akhirnya ia mendongak menatap siapa sosok itu.

"Adekkk... alhamdulillah dek, adek inget abang kan? dek"

Air mata Dean seketika tanpa di minta jatuh kembali, sedangkan Devan tersenyum sembari sedikit kesusahan menghapus air mata Dean yang sudah membasahi kedua pipi tampan itu.

Dean memeluk tubuh kurus itu bahkaj punggungnya terasa bergetar"Dek maaf maafin abang dek maaf" Devan mengangguk pelan ia belum mampu mengeluarkan banyak suara saat ini tubuhnya benar-benar lemas.

"Abang panggilkan dokter dulu"

●●●●●●

Sore hari Ayah dan Bunda sampai di kediaman mereka keluarga Wijaya. Ketika pintu itu terbuka langsung memperlihatkan ruang tamu yang langsung di suguhi figura berukuran besar itu photo keluarga besar Wijaya.

Ayah dan Buda disambut bahagia oleh seluruh asisten keluarga bahkan sepertinya tak ada yang mengetahui kejadian yang menimpa putra kembar itu.

"Ayah kangen banget rumah ini Bun" Gumam Ayah memperhatikan setiap sudut rumah yang masih sangat sama taknada yang berubah.

Bunda pun mengangguk membenarkan"Ahahah iya yah.. bunda juga apalagi kedua putra kita yang semakin hari semakin rame rumah" Sahut bunda lagi.

Deandra&Devandra ●NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang