●20

1K 58 4
                                    

happy reading
vote coment yaa

Lepaskan hal yang membebani mu
marilah mulai bahagia dengan cara mu..

Rotasi seakan berputar dengan sangat cepat, suhu ruangan pun terasa kian memanas. Untuk pertama kali pemuda itu menerima hukuman yang sangat berarti baginya. Cukup lama ia berfikir akhirnya ia tau alasan sang ayah memberikan tamparan ini.

Ia memang pantas mendapatkan nya, bahkan kalau bisa lebih dari ini, nyawa sosok malaikat kecil mereka berdua hampir ia renggut, apa tak mungkin jika sang ayah tak memberikan imbalan yang setara juga.

Panas, perih dan kecewa menjadi satu dalam diri Dean. Namun tak masalah ini juga salah nya. "Apa yang udah ayah lakukan!" Nada suara bunda meninggi dan bergetar pertanda bunda sedang menahan tangis.

"Diam bun, anak ini harus di berikan hukuman yang setimpal!"

"Maaf Ayah" Cicit Dean yang hampir tak terdengar jujur ia takut sekali tak pernah ayah seperti ini sebelumnya. Jika di pikir-pikir ia juga berhak marah dan kecewa pada ayah. Karna dimana peran ayah selama ini namun ia tak mampu untuk mengucapkan itu.

"Kamu mau bunuh adek kamu hah!, kenapa Dean kenapa harus mencelakai adik mu!"

Devan yang merasa tidur nya terusik pun terbangun dan hal pertama yang ia lihat adalah bunda yang sedang menangis. Dean dan Ayah?.

Namun kenapa ayah terlihat marah, bahkan urat leher ayah pun terlihat menonjol. Ia berlalu menatap Dean. Ada wajah ketakutan di mata itu.

"Ab--ang kenapa" Ujarnya lirih. Semua mata orang disana pun teralihkan sepenuhnya pada Devan.

"Nak alhamdulillah kamu udah sadar"Bunda langsung memeluk tubuh itu, sementara Dean memalingkan wajah ke arah lain agar ia tak terlihat lemah di hadapan sang adik. Walaupun hasilnya sia-sia Devan sudah melihat semua.

"Aku udah sadar dari tadi Bun" Kemudian mata itu seolah meminta penjelasan pada ayah.

Ayah pun ikut menghampiri putra bungsu nya dan mengecup kening itu lama. Seharusnya Devan merasa senang karna semua orang yang ia sayang ada di harapannya, namun kali ini berbeda ia malah merasakan sesak menggerogoti hati nya.

"Abang" Hanya kata itu yang ia gumam kan, ia butuh Dean hanya Dean.

"Kenapa hm?, adek butuh apa?" Sebisa mungkin Dean menyembunyikan semuanya saat di dekat sang adik.

Tangan lemah itu menempel di pipi Dean. "Pipi abang merah, abang kenapa?"

Dean pun melepaskan tangan Devan dipipi nya dan beralih menggengam nya. Sembari menggeleng pelan "Gapapa tadi ini ke pentok pintu kamar mandi" Bohong Devan tau itu Bohong.

Ayah pun mengalihkan tatapan pada si bungsu " Cepat sembuh ya anak ayah, ayah kangen banget sama adek"

"Devan engga" Ketiga orang disana jelas kaget mendengar penuturan si bungsu barusan.

Manit teduh itu menatap nanar ayah dengan tatapan yang sakit. "Kenapa yah?, kenapa harus saat Devan seperti ini ayah kembali?"

degg

Hati nya seakan tertikam belati mendengar penuturan putra bungsu nya seperti itu. Sekuat tenaga pria tua itu menggeleng menandakan yang Devan katakan itu tidak benar.

Deandra&Devandra ●NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang