●4

2.1K 96 6
                                    

hallo Readers
sedikit maksa cote, coment yaw
di spam apalagi suka deh hihi
happy reading!!!

"Mungkin banyak hal yang ingin gw lakuin dengan lo di masa depan, dan ingat satu hal lo harus bahagia"

{Deandra Glendwijaya}

"Semua yang ingin gw lakukan itu bersangkutan dengan lo bang, jadi lo harus tetap sehat untuk seribu tahun kedepan"

{Devadra Glendwijaya}

Setelah menyelesaikan pelajaran si sekolah kini kedua pria kembar itu tengah diam di dalam kamar masing-masing ntah apa yang di lakukan.

Brukk

"Akhhh"

Dean yang mendengar suara benda jatuh langsung melompat dari atas ranjang nya, menuju kamar yang berada tempat di samping kamar nya itu.

Ia sedikit mendobrak pintu kamar berwarna coklat itu dengan sedikit tenaga yang akhirnya terbuka.

Netra legam nya mulai mencari keberadaan seseorang siapa lagi kalau bukan Devan. Namun setelah ia berhasil masuk ke dalam kamar yang bernuansa abu-abu itu ia tak menemukan diamna Devan berada.

Dada nya mulai naik turun karna panik, jujur ia akan menyalahkan dirinya jika Devan kenapa-kenapa. Katakan saja ia laki-laki lemah tapi itu adanya ia tak bisa jika melihat Devan dalam bahaya lagi.

"Devan lo dimana dek!, Dev--". Ucapan nya terhenti dikala melihat sang adik tengah menyembulkan kepala kecil nya dari balik kasur kingsize nya.

Dean langsung bergerak ke arah Devan dan langsung mendekap tubuh kecil adiknya dengan nafas yang mulai sesak.

"Ja-ngan buat gw khwatir Dek". Ujar nya mengelus kepala sangat adik dengan pelan.

Perlahan Devan melepaskan dekapan sang abang dan mata hazel nya menatap mata indah sang abang yang mulai berair. "Maaf". Cicit nya sembari menunduk.

Dean langsung menggeleng singkat dan mengusap kepala Devan. "Gw terlalu panik tadi maafin gw juga". Devan mengangguk pelan.

"Lo kenapa?,suara apa yang tadi gw denger?". Tanya nya, kemudian menatap sekeliling kamar Devan yang mungkin saja ada yang mengganjal.

"Bukan suara apa bang, tadi gw mau nyusun buku-buku ini di rak atas. Soalnya di rak meja belajar udah penuh".Ucapnya memutar bola mata nya ke meja belajar dan Dean pun mengikuti arah pandang Dean kemudian kembali menatap sang adik untuk melanjutkan bicara nya.

"Abang tau sendiri semenjak bunda jarang pulang, gw sering lupa letak buku yang habis gw naruh dimana, biasanya kan bunda yang naruh". Jelasnya membuat dada Dean bagai di rujam seribu belati. Sakit sungguh ia sudah mati-matian menahan sesak dada nya. Walaupun Devan mengatakan nya sambil bercanda tapi bagi Dean itu menyakitkan.

"Bang sepi juga ga ga ada ayah, bunda gini ahah" Tanya laki-laki itu sembari menatap sekeliling kamar yang sangat sepi hanya ada ia dan sang abang.

Bahkan rumah yang memiliki 3 lantai tersebut tidak ada artinya sama sekali, karna hanya di humi dua orang. Membosankan, menyedihkan dan kesepian. Tak ada tawa ayah yang terdengar tak ada ocehan bunda yang setiap hari memarahi mereka berdua karna keributan yang si kembar hasilkan.

Dean dan Devan sama kesepian, semenjak kesibukan kedua orang tua nya terjadi. Mereka hanya tinggal dengan bayangan kerinduan.

Kehidupan mereka selayaknya cemara tapi dengan banyak luka, luka yang kedua orang tua nya toreh sangat perlahan namun pasti dalam.

Deandra&Devandra ●NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang