●33

856 49 33
                                    

maaf baru on ehehe
btw apa kabarrr
vote coment ++
karna ga memenuhi target komen nya jadi aku up sedikit lama
happy reading

●●●●●●●

Semesta sudah menjatuhkan buliran air, petir kian bersorakan menambah kegelapan malam sendu. Pihak rumah sakit sudah mengabarkan keluarga Wijaya. Mungkin mereka akan sampai malam ini. Dokter sudah meminta Dean untuk ikut memeriksakan diri namun selalu ditolak pemuda itu.

Dengan alasan ia tak mau meninggalkan sang adik sendiri lagi. Kecewa dan benci jadi satu di hati nya, ia benci telah menyakiti Devan, ia benci ketika mata hati itu bisa ditutupi benci. Seharusnya ini bukan salah sang adik tapi ego sudah menghancurkan segalanya.

"Maaf dek,,maaf" Ntah sudah berapa kali Dean mengatakan maaf, walaupun dengan maaf semua tidak akan berubah. Pemuda itu bahkan siap jika apapun yang akan diberikan sang adik nanti padanya.

Dari kejauhan terdengar langkah kaki yang cepat seirama, detik selanjutnya tubuh ringkih di lantai itu langsung dipeluk erat. Dean mendongak sendu itu pelukan bunda.

"Apa yang terjadi nak?" Tanya ayah raut wajah sosok pemuda tua itu tersirat kekhawatiran yang terpancar kuat.

"De-an nyakitin adek lagi yah,,b-un" Bunda menggeleng lemah dipelukan sang putra sulung. Bunda memeluk erat tubuh bergetar putra sulung mereka. Hati ibu mana yang tak hancur kala mendengar kabar yang tak pernah ingin ia dengarkan.

"Selamat malam pak buk"

"Malam dok, bagaimana keadaannya putra kami?"

Dokter ber-nametag Gilang itu tersenyum teduh" Pasien sudah melewati masa krisis nya pak buk, namun untuk saat ini pasien masi dalam keadaan tidak sadar. Sebab bius paska operasi masih bereaksi tapi keadaan pasien tetap kami pantau dalam waktu 24jam ini...."

"Pasien juga bisa mendengar ucapan dari keluarga, hanya saja ia tak mampu membuka mata, saya harap itu salah satu cara keluarga untuk menyemangati pasien saat ini. Terus bisikan kata penenang"

"Terimakasih dok"

"Sama-sama pak,oiya hanya satu orang boleh membesuk takut menganggu pasien, saya permisi"

Setelah kepergian dokter ayah langsung mengangkat tubuh lemah Dean. Saat ini mungkin Dean yang akan masuk dahulu. "Abang dengar kata dokter?,,sekarang abang duluan aja yang masuk ayah bunda tunggu disini" Namun Dean menggeleng.

"Dean malu yah, Dean hampir mencelakai adik Dean sendiri Dean benci. Dean ga mampu liat keadaan Devan kaya gini..KENAPA GA DEAN AJA YANG DISANAA!!!"

Ayah langsung mengambil alih tubuh si sulung. "Kalau abang kaya gini sama aja abang udah bikin adek kecewa, adek minta abang semangati bukan lihat abang yang kaya sekarang"

●●●●●●●

Disini pemuda itu berada didalam ruangan serba putih, bau obat yang menyengat tak lupa hanya suara monitor yang mengisi kediaman ruangan dingin tersebut. Tak lupa kini terbaring sosok pemuda yang menutup mata indah ada banyak alat penunjang kehidupannya yang menempel pada tubuh pemuda itu.

Pucat satu kata yang dapat menggambarkan bagaimana kondisi Devan saat ini, wajah pucat pasi, bibir kering dan berat badan nya juga sepertinya berkurang. Tak lupa beberapa luka yang masih basah di sekitar kulit putih itu.

Dean duduk di samping ranjang menatap wajah damai Devan. Ia mengambil tangan dingin itu mengecup nya lama seiring jatuhnya air mata. "Jahat abang ya dek?...abang hancurin kebahagiaan kamu, lagi dan lagi"

Deandra&Devandra ●NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang