●31

823 56 17
                                    

halloo wallaaaa
aku kembaliii makasi suport and saran nya
vote coment yaa!!!

●●●●●●●

Hari demi hari berlalu kedua remaja kembar itupun masih setia dengan keheningan. Devan juga berniat untuk mencari tau apa kesalahan yang sudah ia lakukan pada sang abang. Sedangkan Dean pemuda itu justru semakin tak terkendali, ia juga sering tiba-tiba ingin memukul wajah Devan tanpa sebab. Bahkan kata-kata kasar juga gampang sekali ia lontarkan.

Kini remaja itu sudah kembali masuk sekolah seperti biasa, meski kali ini banyak sekali yang berbeda. Ia harus berangkat sendiri Dean pun tak tau dimana keberadaan nya sekarang.

Devan menunduk menatap jalanan, sebelum ia sadar ada yang mengikuti langkah nya."Sendiri aja nih?"

Sontak Devan kaget dengan suara bariton itu. Ia mendelikan wajah ke samping, ternyata itu suara Haikal. "Gue kira siapa" Ujar Devan terkekeh.

Haikal pun ikut terkekeh ia setia merangkul bahu Devan sepanjang jalan."Gue khawatir sama keadaan lo Dev, kemana aja si anjing"

Devan mencebikan bibir. "Suka ya lo sama gue"

Dugg

Haikal langsung memukul kepala Devan kesal, sedangkan Devan terkikik geli. "Tipe Gue ga lo!"

"Lo suka cowo dong kalau gitu?!"

Kini wajah Haikal sudah merah padam, tanda pemuda itu akan melakukan hal diluar nalar." Bercanda elah baperan lo kaya Abg--"

"Kaya siapa!"

"Kaya monyet,, pulang sekolah sibuk ga Kal?" Haikal menggeleng sebagai jawaban.

"Inut gue yok, gue bingung mau ajak siapa lagi"

"Kemana dulu anjir, orang otak sengklek Kaya lo gini mencurigakan tau"

"Mau jual lo ke cagar alam, biar kembali berkumpul dengan keluarga besar lo!"

"Lo kira gue monyet!"

"Sejenisnya" Devan langsung meninggalkan Haikal sendiri, sebelum akhirnya pemuda itu tersadar dari ucapan sahabat nya barusan.

"ANAK MONYET LO DEVAN!!!"

●●●●●●●

Mata pelajaran diakhiri dengan ulangan fisika, tak sedikit dari siswa yang merasa hampir depresi. Bagaimana tidak ulangan dilakukan tiba-tiba dan pada jam terakhir.

Berbeda dengan Devan, pemuda itu tak bergerak dari kursi bahkan Devan sudah mengeluarkan kertas selembar dan anteng di meja. Ia melirik pojok kelas disana ada Dean berdercak sesekali mengacak rambut frustrasi.

Ingin sekali pemuda berkulit putih itu membantu, namun Dean tak melirik kepadanya. Omelan dari Reyhan sukses mengalihkan atensi Devan. "Bantu gue anjir susah banget, mana ga belajar" Keluh Reyhan. Devan mengangguk setuju, ia menuliskan beberapa rumus lalu menyerahkan pada Reyhan.

Detik berikutnya kening pemuda berdarah cina itu mengerut sempurna. "Apa-apaan ini anjir,,lo kenapa nulis rumus gue mau jawaban" Celoteh Reyhan.

Deandra&Devandra ●NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang