Sebuas-buasnya harimau. Ia tidak akan memakan anaknya sendiri.
Mungkin itulah pribahasa yang cocok untuk Joohyun sekarang. Karena meskipun divonis menderita depresi berat, hubungannya dengan sanag anak justru semakin membaik. Joohyun hanya melukai dirinya sendiri. Padahal orang tua dan adiknya selalu siaga menjauhkan Yerim dari jangkauan Joohyun, tapi langkahnya selalu sampai di depan boks bayi Yerim. Dia membuka tirai, niatnya ingin menyapa si buah hati dengan sedikit kejutan.
"Annyeong aegiya!"
Namun Yerim selalu menangis hingga orang rumah tergopoh-gopoh menghampiri mereka.
Ayahnya sudah siap memarahi dan ibunya siap menarik Joohyun kembali ke kamar.Tapi mereka terbelalak tak percaya, melihat Joohyun berhasil menenangkan Yerim. Bahkan bayi itu tertawa terbahak-bahak menanggapi ucapan ibunya. Di waktu menyusu pun, Joohyun juga bersedia rambutnya jadi mainan jemari mungil bayinya yang genap berusia enam bulan.
Sampai mandi bersama, meskipun Joohyun yang mengira Yerim sudah kuat mengguyur begitu saja dengan air dingin. Yerim menangis lebih kencang hingga neneknya datang.
"Bukan seperti itu cara memandikan bayi! kau ingin membunuh bayimu? berikan pada ibu!"
Dengan sedihnya Joohyun memberikan Yerim lalu bergegas keluar tanpa mengenakan handuk. Membuat sang ibu menghela nafasnya pasrah. Joohyun kembali jadi anak kecil. Jika sudah begini Joohyun perlu diawasi atau dia akan bermain gunting dan pisau.
Esoknya, Joohyun bangun tidur agak siang dan melangkah tergopoh-gopoh ke dapur. Di sana ada ibu yang sedang memasak dan adiknya yang membantu.
"Ibu.. maaf Joohyun kesiangan, ada yang bisa aku bantu?" Ucapnya dengan suara khas bangun tidur.
"Tidak apa, sudah ada Suji. Daripada membantu ibu, lebih baik Joohyun susui Yerim. Dia kelaparan dari pagi"
Mendengar itu, dia terkejut dan segera pergi meninggalkan mereka yang senang karena Joohyun dewasa sudah kembali. Selalu begitu, Joohyun kambuh dan esoknya sembuh. Dia langsung mengambil Yerim dan membawanya berpindah tidur di kasur.
Ibu jarinya mengusap pelan bibir dan pipi Yerim sambil berbisik,
"Aegiya...jangan tidur terus. Makananmu sudah di depan heum.."
Yerim mengeliat karena sentuhan halus itu dan membuka kelopak matanya. Joohyun tersenyum sambil menyodorkan asinya. Dengan satu alis terangkat mempersilakan, Yerim tahu gelagat ibunya.Hap! dilahapnya sumber asi tersebut dengan mulut kecilnya yang mengurucut lucu.
"Pintarnya, anak ibu!"
Hampir setengah jam menyusu, Yerim melepaskan hisapannya, buru-buru Joohyun menepuk punggungnya supaya sendawa. Setelah itu dia kembali mmeletakkan bayinya yang tengkurap di atas dadanya.
"Aegi sudah kenyang, heum?"
"Guu~"
"Oke, kalau begitu sekarang waktunya main bersama ibu, ya?"
Bibir mungil itu mengerucut penuh semangat, dengan kedua tangannya yang mengepal "hoh!"
"Haha, sungguh ingin main bersama ibu?"
Yerim terus bergerak seolah membuktikan bahwa dia memang ingin bermain. Pergerakan bayinya itu membuat Joohyun merasa gemas dan mencium pipi bulatnya.
"Ya... ibu percaya. Kalau begitu Aegi ingin main apa?" Tanya Joohyun dengan wajah berpikir. Membuat bayinya bingung kenapa ibunya tiba-tiba terdiam?
KAMU SEDANG MEMBACA
SONBAE-NIM [ YERENE ]
Fanfictionyang satu senior aneh, yang satu dokter. Dua-duanya Ibu Yerim? Bisakah Yerim menerima kenyataan hidupnya? Let Yerim surprise you✨