Sudah hampir tiga hari mereka tidak bertemu, dua hari Joohyun konser di Singapura dan hari ini Joohyun lebih dulu sampai di negara Thailand bersama para member sedangkan sang anak akan berangkat bersama Imo dan kakek neneknya setelah memeriksakan kesehatan ke rumah sakit.
Jadi sejak beberapa jam setelah sampai di hotel, dia langsung menelpon adiknya melalui panggilan video. "Bagaimana, apa semuanya baik-baik saja? Ayah Ibu?"
Di pesawat, Suji hanya menjawab santai meskipun sebenarnya ada yang terlewat tapi dia tidak ingin membuat Joohyun panik karena itu hanyalah masalah sepele.
"Ayah dan Ibu baik, mereka duduk di depanku."
Mendengar itu Joohyun sedikit lega tapi ada satu hal yang harus dia pastikan lagi,"Yerim bagaimana? Apa dia tidak rewel?"
"Tidak, dia banyak diam akhir-akhir ini. Kau ingin berbicara dengannya?"
Joohyun mengangguk "Hum, Berikan padanya!" terdengar suara Suji sedang memanggil Yerim dan kemudian wajah anaknya muncul di layar ponsel dengan headphone pemberiannya yang menggantung di leher, Joohyun tersenyum lebar.
"Yeoboseyeo baby? sudah makan belum? Tadi di periksa dokter, perbannya sudah di lepas ya?"
Kalau bukan untuk menghindari liputan media, tentu Joohyun yang akan menemani Yerim terapi untuk traumanya dan dia tidak akan merasakan khawatir seperti sekarang karena setelah pertanyaan dilontarkan pun, Yerim masih tetap diam tanpa menatap layar .
Belum sempat dia kembali berbicara, ponsel sudah kembali pada pemiliknya.
"Nanti aku telpon lagi ya, pesawatnya akan lepas landas."
Panggilan langsung terputus dengan rasa rindunya yang belum terbayar. Joohyun membaringkan tubuhnya di atas kasur sambil berpikir mungkinkah Yerim merajuk karena terlalu sering ditinggal? bohong kalau dia sabar menunggu, kalau dia bisa juga dia akan langsung ke bandara supaya langsung memeluk anaknya dengan puas.
Rencananya kembali berubah, Joohyun ingin marah tapi tidak tahu kepada siapa harus melampiaskannya. Joohyun hanya bisa menangis di atas kasurnya sampai tertidur.
Waktu menunjukkan pukul empat sore. dengan susah payahnya Suji menggendong Yerim yang tertidur di pundaknya karena merasa bersalah telah meninggalkan sejumlah pakaian baru Yerim di rumah, tidak tahu bagaimana marahnya Joohyun nanti. Yang jelas ibunya meminta Suji tidak ikut tersulut emosi karena mereka sedang di negara orang dan masalah itu terjadi karena kecerobohannya.
Hotel yang dia pesan juga sama dengan Joohyun, hanya berbeda beberapa lantai saja. Lagi pula penggemar Suji tidak seberani penggemar fanatik Joohyun yang bahkan bisa menguntit sampai ke hotel. Dia juga membawa dua asisten yang membantunya membawa koper dan melakukan dokumentasi.
"Nak, apa kamu sudah menelpon Unnie? pasti dia menunggu kabar..." Lirih Nyonya Bae sambil mengusap punggung cucunya yang masih tertidur.
"Aigo, aku lupa! Ah biarkan saja pasti dia sedang istirahat..."
"Kau ini, seperti tidak tahu Joohyun saja dia pasti tidak tenang-"
"Chuhyun~"
Tepat ketika Tuan Bae bersuara keturunan termuda mengigau lalu menguap dengan imutnya di pundak Imo.
Dia mengedip berkali-kali karena belum tersadar sedang terperangkap dalam kuda besi. Tidak peduli dengan kakek dan neneknya yang merasa gemas.
"Aigu~ Uri Aegi sudah bangun...hahaha kamu bingung ya?" Sapa Nyonya Bae sambil mengusap pipi cucunya yang lembut. Yerim tidak melihat karena neneknya lebih mini dari ibunya, dia malah menatap kakeknya yang paling mirip dengan Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SONBAE-NIM [ YERENE ]
Fanficyang satu senior aneh, yang satu dokter. Dua-duanya Ibu Yerim? Bisakah Yerim menerima kenyataan hidupnya? Let Yerim surprise you✨