Telapak tangannya memerah karena terlalu menekan bantalan penghangat yang sedang digenggamnya. Kehangatannya kini tidak ada apa-apanya bagi Bae Joohyun, seorang ibu yang kecewa pada dirinya sendiri karena tidak mengetahui penderitaan anaknya selama di sekolah.
Dengan mata yang semakin berkilauan, pikiran rasionalnya hampir tumpul. Joohyun menggebrak meja cukup keras "Kenapa baru menceritakannya sekarang?!"
Wanita yang lebih tinggi itu terkejut sekaligus canggung, padahal baru beberapa jam sebelumnya mereka tampak akrab. Tapi melihat kilatan mata Joohyun yang sekarang, membuatnya seperti sedang melihat lingkaran api yang pedih ketika ditatap terlalu lekat.
"Karena... aku baru tahu kalau kalian tinggal b—bersama,"
Joohyun memejamkan matanya, meskipun dibalik meja semakin mengeratkan genggamannya. "Maksudku, kenapa kau tidak bercerita pada Ayah dan ibu Yerim?"
"Tentu juniormu melarangku dengan alasan dia tidak ingin mencari masalah. Dia ingin bersekolah dengan tenang seperti anak lainnya"
"Tapi bukan dia yang mencari masalah! dia diganggu!"
Bantahan Joohyun membuat Soojung lagi-lagi tersentak hingga kursinya ikut bergeser. Dia tidak menyangka Joohyun akan semarah ini hanya karena junior-nya dirundung di sekolah?
"Y-ya anda benar, tapi aku pun tidak memiliki wewenang yang besar karena aku hanya guru konseling, terlebih yang merundung itu.."
"Siapa yang merundungnya?!"
"Salah satu anak donatur sekolah."
Dan tanpa berpikir panjang lagi, Joohyun berucap "Kalau begitu, Aku juga akan menjadi donatur sekolah itu!"
Lelah berlari, tidak terasa bahwa manusia yang menjadi pokok pembicaraan Joohyun sudah menempuh jarak sejauh ini dan dia bingung harus ke mana lagi.
"Ah harusnya aku kembali ke dorm. Kenapa malah pulang?" Dia memukul-mukuli kedua kakinya, "Dasar pemalas! kenapa kau membawaku ke apartemen si aneh?!"
Itulah panggilan baru untuknya ketika marah. Yerim tidak segan memanggilnya karena rasa dekat ketika bersamanya membuat Yerim semaunya sendiri. Seperti saat ini, Yerim kabur karena mengikuti kata hatinya. Hatinya merasa panas setelah menguping sedikit pembicaraan Joohyun dengan orang di telepon. Yerim tahu karena Joohyun memanggilnya ibu,
"Dasar pembohong! katanya ingin mengajakku ke Daegu? malah mengajak orang lain saat tahun baru nanti~" Yerim tidak tahu ini perasaan apa, tapi sepanjang perjalanan dia begitu kesal menendang apapun yang dia temui di jalan, kecuali seekor anjing kecil yang kurus. Sebenarnya seumur hidup, Yerim belum pernah menyentuh anjing dan hewan lainnya karena larangan ketat dari keluarga Kim.
Namun melihat anjing itu yang juga sendirian sama seperti dirinya, membuatnya mendadak iba kemudian berjongkok memperhatikan si anjing.
"H-hai, kamu sendiri? eum... ayah ibumu kemana? apa mereka pergi seperti ayah dan ibuku?"
Tentulah hewan tidak akan mengerti bahasa manusia. Tapi anjing ini cukup tenang untuk ukuran hewan liar. Yerim tiba-tiba membuka tasnya dan mengeluarkan apa yang dia miliki. Susu pinguin! meskipun ragu, dia menyodorkan di depan anjing itu dengan perasaan tulus.
"Itu untukmu~"Ucap Yerim sambil mencoba tersenyum.
"Terima kasih, tapi anjing tidak minum susu nak..."
"Oh my God?!" Yerim terkejut karena ucapannya di jawab. Lalu dia memperhatikan lekat anjing itu karena dikira ajaib. Padahal suara itu jelas suara manusia sungguhan,
"Hey, aku di sini..."Ujarnya sambil menepuk bahu Kim Yerim hingga bocah itu terkejut dan hampir terjungkal ke belakang.
"Mwoyaa...!" Pekik Yerim ketika tubuhnya ditangkap seseorang yang dia kenali. Sedangkan orang itu terus membantu Yerim sampai bangkit berdiri. Yerim menjauhkan tubuhnya dan menatap laki-laki yang mulai melepas kacamata hitamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SONBAE-NIM [ YERENE ]
Fanficyang satu senior aneh, yang satu dokter. Dua-duanya Ibu Yerim? Bisakah Yerim menerima kenyataan hidupnya? Let Yerim surprise you✨