"Maaf membangunkan Ibu, Yerim ingin buang air kecil.."
Mendengar permintaan itu bukan nya marah, Joohyun justru merasa gemas. Bagaimana suara kecil itu terdengar dan memanggil nya Ibu, selalu mampu membuat hatinya mencair seperti es krim.
Dengan tangan terbuka Dia bersiap menggedong tubuh Yerim, tetapi anak itu sadar kalau dirinya berat. Dia menahan tangan Ibunya.
"Aku berat, Ibu tidak bisa menggendongku.."
Joohyun menautkan alisnya, Dia tidak suka diremehkan begini. Lagipula apa yang dibilang berat setelah Yerim kehilangan lima kilogram beratnya? Tanpa bicara lagi Joohyun langsung membopong anak itu ke kamar mandi, membuatnya terkesiap karena tubuhnya diangkat begitu saja.
Dia di dudukkan di atas closet, sebelum merasakan hawa dingin karena ternyata celana nya di lepas tanpa izin. Dengan segera Yerim menutupi kakinya menggunakan tangan.
"Oh Omo, maafkan Ibu tidak minta izin dulu.."
Yerim menggeleng dengan bibirnya yang mengerucut tanda Dia mulai merajuk.
"Aku minta diantar saja, selebihnya bisa sendiri!"Sok mandiri lagi, sepertinya kebiasaan itu akan terus melekat dalam diri anaknya. Joohyun menghela nafas, dia tidak boleh membiarkan ini terjadi. Mulai sekarang dia berhak memaksa Yerim untuk hal-hal yang penting.
"Kamu boleh bilang seperti itu kalau sudah betul - betul sembuh!"
Setelah berucap demikian, Joohyun kembali melakukan tugasnya. Betapa terkejutnya Dia mendapati luka memar di kedua kaki Yerim. Tangannya mengusap bagian yang luka itu dan menatap anaknya, "Pasti sakit ya? Apa dokter sudah mengobati ini?"
Yerim menggeleng sambil tersenyum, "Tidak tahu, kenapa bukan Ibu saja yang mengobati?"
Joohyun menaikkan satu alisnya, "Ibu bertanya hal yang serius.." Tapi lagi - lagi senyum anak itu membuatnya merasa khawatir "Aku juga serius, aku rindu diobati Ibu~"
Menanggapi hal itu membuatnya tersenyum getir. Tidak habis pikir mengapa setelah sakit anaknya jadi pandai merayu?
Sebelum semakin banyak kata - kata manis yang akan dilontarkan Yerim, Dia lebih dulu membungkam bibir kecil itu dengan kecupan."Untuk hal itu kita tidak sama. Ibu tidak suka melihatmu terluka, Ibu akan sedih!" Ucapannya mampu membuat bibir Yerim melengkung ke bawah.
"Mianhe, aku tidak mau membuat Ibu sedih..."
"Ibu tahu itu! Daripada kita bersedih, lebih baik Aegi Poppo Ibu ? Cha~" Ujarnya sambil menyodorkan pipi. Meskipun sedikit gemetar, Yerim mencoba menyentuh wajah itu dan membubuhi tanda sayangnya di sana.
Sensasi rasa geli di pipi membuat perutnya seperti diterbangi ribuan kupu-kupu. Joohyun memejamkan matanya sambil tersenyum miring seolah memberi tahu pada dunia kalau gadis kecil ini adalah miliknya paling berharga.
"Sekarang kita pakai celananya!"
Tangannya yang memeluk Yerim pun terlepas untuk memakaikan celana dengan hati-hati. Tapi dalam jarak sedekat ini Joohyun bisa melihat pipi anaknya memerah. Dan detak jantungnya yang kentara membuat Joohyun ganti menyodorkan telinga dumbonya.
"Aegi sedang merasa malu, ya?"
Yerim yang hanya mengulum bibir terlihat seribu kali lebih gemas di mata Joohyun. "Apa kamu malu karena Ibu memph-"
Belum selesai bicara Yerim sudah menutup mulutnya dengan tangan. Sepertinya anak itu mulai bisa merasakan kontak batin.
"Jangan Ibu~" Larangan yang tentu tidak akan dipatuhi oleh Joohyun. Karena dengan sengajanya Dia mengecup tangan Yerim yang berada di atas bibirnya itu hingga mengeluarkan bunyi khas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SONBAE-NIM [ YERENE ]
Fanfictionyang satu senior aneh, yang satu dokter. Dua-duanya Ibu Yerim? Bisakah Yerim menerima kenyataan hidupnya? Let Yerim surprise you✨