Kini keseharian Joohyun benar-benar berubah. Sebelumnya dia hanya akan sibuk di hari-hari biasa dan bersantai di hari libur. Tapi kali ini, dia sibuk setiap hari karena profesi tetapnya yakni menjadi seorang ibu yang sedang berusaha memulihkan kesehatan mental anaknya.
Sepulang dari rumah sakit, Yerim dibebaskan dari tugas sekitar satu minggu dan kembali sebagai murid biasa di minggu berikutnya. Tentu tugas yang dibebaskan itu menumpuk, membuat Joohyun harus mengatur jadwal supaya Yerim tidak pusing mengerjakan tugas terus-menerus. Dia membagi dua waktu untuk Yerim mengerjakan tugas yaitu ketika pagi dan setelah bangun dari tidur siang. Sedangkan waktu yang tersisa dia gunakan untuk Yerim bermain dan istirahat.
Dia selalu memperhatikan kegiatan Yerim, bahkan mengikuti kemana Yerim berpindah seperti hendak mandi dan buang air. Dan anak keras kepala itu marah lalu mengusirnya. Joohyun harus lebih sabar terlebih saat Yerim mengunci dirinya di kamar Suji. Pikirannya sudah tidak dapat berpikir positif, dia takut anaknya meniru apa yang dia lakukan ketika perasaannya kacau, maka tanpa sepengetahuan Yerim dia memasang kamera pengawas yang dimonitori dari handphonenya.
Sejauh ini hal berbahaya yang dilakukan Yerim adalah melamun. Dia senang sekali melamun sampai beberapa menit lamanya.
Kalau sudah begitu, Joohyn akan masuk ke kamarnya tanpa minta izin lagi.ceklek!
Tatapannya berubah sendu, dia seperti melihat dirinya sendiri ketika Yerim seperti itu. Dengan hati-hati dia naik ke kasur dan duduk di sebelah Yerim yang menatap lurus ke jendela. Seperti biasa ketika di depan Yerim, dia selalu mencoba untuk tersenyum.
Mengusap lembut kepalanya lalu bertanya, "Aegi sedang melihat apa, heum?" Yerim masih diam untuk beberap detik, lalu menjawab tanpa menatap Joohyun "Kebebasan." Jawabnya singkat, tetapi berhasil mengiris hati Joohyun.Dia paham ke mana arah pembicaraan ini selanjutnya.
Yerim kembali berbicara, tapi kali ini mengalihkan pandangannya pada Joohyun. Mereka bertemu pandang.
"Sonbae-nim, aku ingin bertanya bagaimana burung bisa bertahan tinggal di dalam sangkarnya?"
Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang maknanya selalu sama seperti pertanyaan yang Yerim lontarkan setiap hari. Tapi Joohyun menjawabnya dengan logis. Kali ini, sepertinya Yerim perlu mendapatkan jawaban yang seharusnya.
Joohyun menatapanaknya cukup lama sebelum menjawab pertanyaan itu, "Tidak ada burung yang bertahan di sarangnya kecuali mereka sedang makan atau sedang berlindung."
"Mereka lebih sering terbang di langit, karena pada dasarnya mereka hidup di alam bebas."
Dia membingkai wajah Yerim sebelum memberikan jawaban terakhir, "Tapi Yerim bukan burung, Yerim manusia. Anak-anak yang seharusnya dijaga dan dibesarkan dengan baik, di rumahnya."
Mendengar jawaban Joohyun, sotak Yerim menyangkal. "Kenapa menjelaskan seperti itu? aku hanya bertanya" Joohyun hanya tersenyum menanggapi ucapan anaknya, lalu merengkuh Yerim ke dalam pelukannya.
"Apa sarangnya ini kurang hangat dan kurang nyaman?"Yerim mendongak dan kembali mempertemukan iris kecokelatan mereka. "Terlalu hangat sampai membuatku kepanasan !" Jawab Yerim begitu ketus sambil melpas pelukan Joohyun. Dia beranjak turun dari kasurnya dan meninggalkan Joohyun. Usahanya untuk pergi keluar kembali gagal, bahkan lebih gagal dari kemarin.
"Aegi mau kemana?"
Yerim tidak menjawab, rupanya dia duduk di meja makan. Joohyun menyentuh tangan Yerim yang hendak mengambil makanan.
"Biar ibu ambilkan" Ucap Joohyun lalu tersenyum. Yerim menyimpan tangannya di atas meja sambil memperhatikan Joohyun yang menyiapkan makanannya
"Sonbae, aku ingin bertanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
SONBAE-NIM [ YERENE ]
Fanfictionyang satu senior aneh, yang satu dokter. Dua-duanya Ibu Yerim? Bisakah Yerim menerima kenyataan hidupnya? Let Yerim surprise you✨