"Sonbae,"
Dia yang sedang mematikan lampu tidur, terpaksa berdeham karena panggilan menyebalkan itu. Meskipun harusnya dia senang karena Yerim sudah mau berbicara dengannya lagi.
"Aku tidak mau sekolah hari ini."
Astaga! ini masih pagi, tapi Yerim sudah berhasil membuat rasa kesal Joohyun berubah menjadi rasa khawatir dengan kembali duduk di kasurnya. Seketika itu juga, pikiran buruknya terlintas. Apakah kemarin Yerim kembali dirundung hingga membuatnya tidak mau sekolah?
Sorot matanya menunjukkan kecemasan "Kenapa, nak? Tolong beritahu ibu, supaya ibu tahu" Begitu tulus permintaannya sambil membingkai wajah Yerim, tapi lagi dan lagi Yerim memutus kontak matanya lalu berakting menguap, "Aku hanya malas..." ucapnya sambil kembali tertidur.
Joohyun tahu Yerim sedang berbohong, tetapi dia tidak tahu alasan sebenarnya Yerim tidak mau sekolah adalah karena dirinya yang sedang kurang sehat sukses membuat Yerim khawatir. Tapi tentunya anak itu tidak akan berterus terang, dia ahlinya denial.
"Kalau Yerim sedang malas, ibu juga. Ayo kita bermalas-malasan bersama!" Ucapnya tanpa pertimbangan, lalu ikut berbaring memeluk Yerim. Sedangkan untuk Yerim sendiri, dia merasa risih kemudian melepas pelukan itu. "Tidak jadi, aku lupa hari ini ada ulangan harian" seraya bangkit dari kasur.
Joohyun pun ikut terduduk, "Ulangan apa? tapi semalam Aegi tertidur, tidak belajar."
Yerim menyadari kecerobohannya, lalu secepat mungkin mencari alasan yang tepat "Y-ya tidak apa-apa. Lagipula aku sudah belajar di sekolah setiap hari"
"Baiklah.."Respon Joohyun sambil mengangguk, memperhatikan Yerim yang masuk ke kamar mandinya dengan terburu-buru sampai meninggalkan handuknya sendiri.
Sebelum membiarkan Yerim keluar dari mobil, Joohyun berpikir harus memastikan satu hal lagi yaitu marahnya Yerim. "Sudah tidak marah kan?"
"Siapa?"Tanya Yerim balik.
"Kamu, sudah tidak marah kan? ibu minta maaf ya, kemarin—"
Belum selesai ucapannya, Yerim sudah memotongnya"Aku tidak mau membahasnya"Ucap Yerim dengan acuh seraya membuka pintu mobil.
Entah sampai kapan lagi, Joohyun bisa menahan diabaikan oleh anaknya sendiri. Dia tahu apa yang dilakukannya kemarin begitu ceroboh dan memaklumi kekecewaan Yerim. Namun, jika saat ingin meminta maaf Yerim tidak mau menerimanya, harus seperti apa lagi Joohyun bersikap?
Haruskah membiarkan Yerim menenangkan dirinya sendiri? Jika memang begitu membuat Yerim nyaman,
Suji-ah, Tolong jemput Yerim di sekolah sore ini, Aku ada urusan mendadak.
Begitu pesan singkatnya sebelum benar-benar pergi ke restoran. Yang sebenarnya sedang tidak ada pelanggan.
Hingga ketika sampai pun, Joohyun hanya memainkan ponselnya yang sedang aktif berbunyi karena ruang obrolannya dengan seseorang yang baru ini dia percaya untuk menjaga Yerim. Penggemarnya sendiri, Jung Soojung.Setelah itu dia memilih untuk bersih-bersih sambil merapikan beberapa bagian, termasuk kalendar yang belum diubah halamannya menuju bulan paling akhir di tahun ini, bulan Desember. Bulan lahirnya Kim Yerim. Joohyun adalah melankolis jika menyangkut hal-hal begini. Ingatan masa lalunya kembali berputar saat awal lahirnya Yerim yang tidak sebahagia bayi-bayi lainnya.Tentu rasa sesal itu tidak akan berubah.
Bagaimana seluruh janji yang akan selalu menjadi ibu yang baik luntur begitu saja membuat hidupnya hancur. Lebih hancur dari dikhianati. Karena ditinggal pria brengsek itu tidak sehancur ketika dia tahu, dia tidak diizinkan merawat anaknya sendiri. Melewati tahun pertama hingga terakhir di sepuluh tahunnya, Joohyun selalu merayakan dengan menyumbang sebagian hartanya ke rumah sakit tempatnya melahirkan dulu sambil berharap bisa bertemu dengan rindunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SONBAE-NIM [ YERENE ]
Fanficyang satu senior aneh, yang satu dokter. Dua-duanya Ibu Yerim? Bisakah Yerim menerima kenyataan hidupnya? Let Yerim surprise you✨