Saking pulasnya Yerim tertidur, dia bahkan tidak sadar telah pindah ke ranjang yang empuk. Hingga dunia mimpinya seketika gelap karena ada sesuatu yang mendekat.
Kelopak matanya bergerak perlahan untuk memastikan. kedap-kedip, astaga!
bibir seseorang, Yerim buru-buru bergerak bangun tanpa tahu dua keras kepala itu akan berbenturan,Dug!
"Akh!"
"S-sonbae?!"
Yerim terbelalak kaget, ternyata bibir merah merekah yang hampir mendarat di wajahnya itu milik seniornya?
"Kenapa sonbae bisa ada di kamarku?!" Yerim melirik kamar bernuansa lilac tersebut dan baru sadar itu bukan kamarnya.
"ini bukan kamarmu~ eum gemas!"
Jawab Joohyun sambil mencubit pipi Yerim, seolah tidak merasakan apapun setelah pertemuan dahi mereka."Sonbae membawaku ke rumahmu?"
Dengan wajah tanpa rasa bersalahnya Joohyun mengangguk.
"Katanya sonbae tahu jalan? kenapa tidak antar aku ke dorm?"
"Aku tahu jalan rumahku, bukan jalan ke dorm!"
Astaga, Yerim serasa ditipu. Akhirnya dia bagkit sambil merapikan pakaiannya. Membuat Joohyun yang tengkurap juga ikut berdiri panik, "Mau kemana?!"
"Aku mau telepon managerku untuk menjemput. Boleh pinjam ponsel sonbae?"
Joohyun langsung menggeleng cepat. "Tidak boleh!" Dia sudah menunggu bertahun-tahun kepulangannya. Sekarang Yerim malah ingin pergi? tidak akan semudah itu Joohyun lepaskan.
"Kamu bisa tidur di sini, dan besok kembali ke sekolah. Semudah itu kan?"
"Tidak bisa Sonbae, aku belum menyiapkan pelajaran untuk besok." Ucap Yerim yang sama kerasnya sambil menggendong tas kura-kuranya sekarang.
"Kalau sonbae tidak mau tak apa, Yerim akan pulang sendiri. Terima kasih!"
Yerim membungkuk, lalu langkah keluar kamar diikuti Joohyun yang tak percaya. Anaknya sekeras kepala ini, padahal kemarin dia semenurut itu pada Taeyeon. Apa dia juga harus lebih tegas?
"Kim Yerim!"
Tarikan pada tasnya membuat langkah Yerim hampir terhuyung ke belakang karena diberhentikan secara mendadak. Meskipun tubuhnya disangga, dia segera berbalik menghidari sentuhan.
"Beginikah caramu berbicara pada orang yang lebih tua? paling tidak makanlah dulu, lalu tunggu diantar pulang!"
"Kamu ini masih kecil, anak kecil tidak boleh terlalu mandiri! bagaimana kalau diculik?!"
Hati mungil Yerim seperti terkena serangan dadakan. Dia tak berniat melawan lagi dan menunduk dalam sambil meremat kencang rok sekolahnya. Jantungnya berdegup lebih cepat, kenapa Yerim merasa sangat bersalah pada orang ini? padahal kalau dipikir Yerim juga tidak minta dijemput kan?
Sedangkan Joohyun langsung mengusap kasar wajahnya, Dia ingat kalau Yerim menunduk, pasti sedang menahan tangis.
perasaan bersalah dan gemas muncul bersamaan ketika dia yang hendak menyentuh, tapi Yerim terus memberi jarak."Yerimi.." Suaranya kali ini melembut,
"Maaf.." "Mmaaf"
"Eh?"
Yerim mengangkat kepalanya lagi karena ucapan mereka yang bersamaan. Dilihatnya tatapan Joohyun penuh kekhawatiran. Tanpa dia sadari, tangan Joohyun menyentuh pipinya. "jangan menahan tangisanmu, heum!"
Seolah patuh pada perintah, air mata itu turun dengan sendirinya mengaburkan pandangan Yerim. Semakin kabur saat indera penciumannya menghirup aroma pewangi pakaian milik senior memberinya pelukan hangat. Atau mungkin lebih hangat karena rambutnya juga terkena usapan halus. Seiring isakannya terhenti, Yerim merasakan tubuhnya melayang dan terduduk di kursi depan meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SONBAE-NIM [ YERENE ]
Fanficyang satu senior aneh, yang satu dokter. Dua-duanya Ibu Yerim? Bisakah Yerim menerima kenyataan hidupnya? Let Yerim surprise you✨