Finally, the longing paid off

503 76 26
                                    

Udara malam yang begitu sejuk adalah salah satu hal paling dibencinya. Padahal ini wajar karena sebentar lagi menjelang musim salju.
Biasanya Ia akan membawa bantalan penghangat yang selalu digenggamnya dimana pun dan kapan pun.

Kejadian itu membuatnya melupakan banyak hal. Jangankan untuk menyiapkan perlengkapan pribadinya, Joohyun bahkan tidak merias diri sejak hari pertama mencari Yerim. Topi dan kacamata adalah andalan nya ketika dalam situasi buruk. Sebenarnya Ia juga enggan melihat kondisi nya saat ini.

Namun, ketika Joohyun melihat pria setengah abad yang berdiri di belakang adiknya. Ia merasa kembali ke masa remaja. Dahulu seburuk apapun penampilan nya, sedang sakit atau tidak percaya diri, tetap ada seseorang yang selalu memujinya.

Cantik, anak ayah selalu cantik. Kenapa Joohyun begitu cantik? karena Joohyun perpaduan dari ayah dan ibu. Joohyun harus bangga akan hal itu..!

Itulah sang ayah. Meskipun terkadang Joohyun yang pemalu tidak bisa dipaksakan untuk merasa percaya diri. Tapi mendengar kalimat itu membuatnya merasakan kasih sayang sang ayah secara tersirat.

Bertahun-tahun dia mendengarnya, terakhir kali sebelum dia lulus dari sekolah menengah atas. Sebelum hubungannya dengan sang ayah mulai merenggang.

Semuanya berubah, meskipun Suho sudah mengggatikan posisi itu, rasanya berbeda. Hari ini di usia nya yang hampir kepala tiga
Joohyun baru menyadarinya kalau Ayah nya adalah cinta pertama nya, bukan pria yang sudah mematahkan hati dan harapan nya.

Dan sosok cinta pertama itu ada di sini, di dekatnya, mengambil duduk di ujung kursi karena kedua sifat dingin mereka bertabrakan. Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa Joohyun merindukan pria tua ini, meskipun melihatnya membuat Joohyun kembali merasa bersalah.

Sadar tidak akan ada yang berbicara jika salah satunya tidak membuka, maka Joohyun dengan ketahudiriannya membuka obrolan. Tapi ternyata pria tua itu juga sama pekanya.

"Maaf karena ayah tidak pernah lagi melakukannya. Tapi setelah kalian dewasa ternyata aku rindu, memuji anak-anakku."

Joohyun kembali mengatupkan rahangnya, tapi Ia berusaha untuk menatap sang ayah karena itulah ajaran yang diajarkan pada mereka. Menatap lawan bicara adalah satu kesopanan apalagi pada orang tua.

"Lama tidak melihatmu secara langsung, ternyata putri sulungku masih tetap cantik. Lebih cantik dari di layar kaca.."

Bohong kalau Joohyun tidak tersentuh mendengar pujian yang hampir seumur Yerim tidak Ia dengar lagi. Matanya bergetar, Ia berusaha keras menahan tangisnya. Di depan pria pewaris marga Bae ini, Joohyun selalu ingin terlihat kuat.

Pandangannya kembali menatap langit malam yang kosong tanpa benda langit bercahaya bernama bintang, sekosong hatinya yang juga tengah kehilangan si bintang kecil.

Melihat putrinya yang masih mengabaikan , Tuan Bae merasa sedih. Semarah apapun beliau ketika mendapatkan kabar bahwa putri sulung dan cucunya dalam bahaya, beliau tetap merasa khawatir. Apalagi sang istri yang sebenarnya sejak dulu belum ikhlas jikalau Joohyun pergi dari rumah.

Hubungan mereka juga ikut merenggang, untuk itu beliau berharap hari ini hubungan kekeluargaan mereka bisa kembali utuh seperti saat anak - anak masih kecil.

Tanpa sepengetahuan sang anak beliau beranjak dari duduknya lalu berdiri di hadapan Joohyun. Tanpa di minta, tangannya mengusap pundak anak sulungnya dengan hati-hati karena beliau tahu anaknya mudah terkejut seperti sang istri.

"Maaf kalau ayah dan ibu mengganggumu. Ibumu begitu khawatir, tolong jangan acuhkan dia."

Setelah mengucapkan itu, Tuan Bae yang tidak pandai menunjukkan rasa sayangnya pun' segera pergi. Tapi seketika itu, Joohyun segera menyadari keegoisannya.

SONBAE-NIM [ YERENE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang