(4) Trauma Masa Lalu

2.1K 207 4
                                    

Halo! Terimakasih sudah mampir♡Cerita ini berdasarkan fiksi semata, jika dirasa ada yang tidak sesuai dengan sejarah maka harap maklum karena memang ini hanyalah cerita fiksi berlatar era kolonial belanda♡♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo! Terimakasih sudah mampir♡
Cerita ini berdasarkan fiksi semata, jika dirasa ada yang tidak sesuai dengan sejarah maka harap maklum karena memang ini hanyalah cerita fiksi berlatar era kolonial belanda♡♡

Happy reading♡♡
Jangan lupa vote dan comment ♡♡

!!!Warning!!!
Bab ini berisikan kekerasan yang tidak patut untuk ditiru, harap bijak dalam membaca!

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Samira hampir tiba di tempat biasa ia berjualan, nampak beberapa pedagang lainnya telah lebih dulu tiba dan sibuk melayani pembeli mereka. Samira menyeka keringatnya yang menetesi dahinya. Netranya menelisik ke arah markas tentara KNIL dan berharap Wira Adhi tak mendatanginya lagi.

Samira segera menata gerobak serta bangku yang ia bawa, beberapa pelanggan telah datang untuk membeli es limun Samira yang bahkan masih belum tertata rapi. Setelah selesai, Samira segera melayani pelanggannya dengan begitu ramah.

Matahari semakin terik, Samira hampir tak bisa duduk untuk beristirahat karena ramainya pembeli. Ia melihat beberapa botol es limunnya telah kosong, ia segera menyimpan botol-botol yang telah kosong ke dalam gerobaknya. Samira sangat bersyukur karena hari ini dagangannya laku keras. Ia mengembangkan senyum sumringah dan bersyukur ataa rezeki yang telah diterima hari ini.

Samira merasa begitu kelaparan, ia menitipkan dagangannya kepada pedagang kue tradisional di sebelahnya. Samira pergi ke warung yang menjual rawon, ia segera memesan satu porsi rawon untuk ia santap.

"Apa daganganmu sudah habis, nduk?" tanya Ibu penjual nasi rawon kepada Samira sembari memberikan semangkuk rawon.

"Nggeh, mbok," pungkas Samira sembari menerima semangkuk rawon yang masih panas itu.

Tak lama datang seorang lagi ke warung itu, ia memesan rawon kepada ibu penjual. Samira yang tengah sibuk menyantap rawon itu tak menyadari seseorang tengah berkacak pinggang sembari menatap tajam ke arahnya. Tempat duduk Samira yang membelakangi seseorang itu membuat Samira tak mengetahui ada orang yang tengah menatap tajam ke arahnya.

Karena lama-kelamaan merasa ada yang memperhatikannya, Samira menoleh ke belakang. Jantungnya merasa terhenti sejenak ketika melihat sosok yang sangat ingin ia hindari selama ini.

"Samira," sapa Wira sembari menyunggingkan seringai seram. Samira yang merasa ketakutan itu berdiri dari tempat duduknya, ia berusaha melawan rasa trauma dan ketakutannya itu.

"Ada a-pa?" tanya Samira terbata. Wira berjalan mendekat ke arah Samira. Melihat kondisi Samira yang ketakutakan, ibu penjual warung segera berdiri di antara Wira dan Samira sembari menyodorkan semangkuk rawon panas kepada Wira.

"Ini rawonnya," ujar Ibu penjual warung kepada Wira dengan ketus. Ibu penjual rawon itu mengisyaratkan kepada Samira agar segera pergi dari warung itu. Samira segera berjalan pergi keluar dari warung, ia mendengar Wira yang berusaha untuk mengejar namun ditahan oleh si penjual rawon.

Let Me Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang