(12) Kasus Pembunuhan Kedua

1.4K 141 4
                                    

Jangan lupa vote dan comment♡♡Btw makasih udah nyempetin mampir♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote dan comment♡♡
Btw makasih udah nyempetin mampir♡

♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤♤

Seluruh orang yang berada di dalam ruangan itu tercengang dengan pernyataan Jonathan. Begitu pula dengan Samira, ia menatap ke arah Jonathan dengan penuh tanda tanya.

"Aku harap kalian tidak mengatakan hal buruk apapun kepada Samira." Setelah berkata demikian, Jonathan segera pergi meninggalkan ruangan itu mengajak Samira ke sebuah kamar yang telah disediakan.

"Apa maksud anda tadi?" Samira bertanya dengan penuh rasa penasaran. Namun, Jona hanya melirik Samira sekilas sembari terus berjalan.

Mereka tiba di depan pintu kamar milik Samira. Jonathan membuka pintu itu, Samira nampak tercengang tak percaya melihat tempat yang akan menjadi kamarnya. Kamar ini bahkan seluas rumahnya di Madiun, Samira melihat-lihat kamar itu.

Kamar dengan interior ala eropa berpadu dengan adat jawa. Ranjang ukuran king bed serta lemari pakaian yang begitu besar. Samira mendekati sebuah kaca berukuran besar yang menampilkan pantulan dirinya.

"Apa maksud ini semua, meneer?"

Jonathan mengalihkan pandangannya ke segala arah, ia mencoba menghindari pertanyaan yang menurutnya sangat sulit untuk dijawab. Samira berjalan mendekat ke arah Jonathan, pandangan pria itu kembali beralih ke wanita pribumi di depannya.

"Apakah anda ingin menjadikan saya seorang gundik?" Nampak sorot mata Samira menyiratkan perasaan yang kecewa ketika mengucapkan kalimat gundik. Jonathan menghela nafas berat, ia memegang kedua pundak Samira dengan begitu lembut.

Tatapan dingin Jonathan berubah menjadi melembut, ia menatap dalam ke arah Samira yang tengah menunggu jawaban.

"Nee, aku tak akan menjadikanmu gundik."

"Lalu, apa maksud anda mengatakan bahwa saya Nyonya rumah ini?"

Jonathan terdiam, ia melepaskan tangannya dari kedua pundak Samira. Jona membalikkan tubuhnya, ketika ia hendak melangkah pergi dari kamar Samira, Samira menahan lengan Jonathan dengan sedikit erat.

"Jangan membuat saya bingung," cicit Samira sembari menatap wajah Jonathan dengan mata berkaca-kaca. Melihat raut wajah yang menggemaskan itu, membuat Jonathan mengalahkan egonya. Dia menggenggam kedua tangan Samira, sembari mencium punggung tangan kanan Samira.

"Aku hanya ingin melindungimu," ujar Jonathan dengan begitu tulus.

Samira yang mendengar jawaban Jonathan semakin merasa jatuh hati kepada pria di depannya itu. Namun, ia teringat sesuatu yang pernah membuatnya sangat sakit hati. Samira pernah melihat seorang wanita tengah memeluk Jonathan dari belakang, ia juga tahu bahwa wanita itu bukanlah adik perempuan Jonathan.

Let Me Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang