(6) Kasus Pembunuhan Pertama

1.7K 154 3
                                    

Jangan lupa vote dan comment♡Terimakasih sudah mampir♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan comment♡
Terimakasih sudah mampir♡

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Selama perjalanan, Samira hanya bisa terdiam. Netranya menatap ke arah luar kaca mobil, ia merasakan perasaan aneh dalam dirinya saat bersama Jonathan. Mobil Jonathan menembus jalanan malam Kota Samarang yang nampak sunyi dan gelap. Terlihat beberapa pribumi yang tengah beristirahat di pelataran toko yang tutup. Sesekali Jonathan melirik ke arah Samira yang masih hanyut dalam lamunannya.

"Apa kau baik-baik saja?" Jonathan mencoba untuk memastikan keadaan Samira.

"Apa aku terlihat baik-baik saja?" Samira bertanya balik sembari menoleh ke arah Jonathan dengan menyunggingkan senyum tipis. Jonathan paham, tentu kondisi Samira saat ini tak mungkin baik-baik saja. Pria itu mengangguk paham, ia kembali fokus pada kemudinya.

"Maafkan aku, Meneer. Maafkan aku yang telah merepotkanmu dan juga Pieter," celetuk Samira dengan tulus.

"Nee, sudah tugasku melindungimu dari kejahatan," jawab Jonathan singkat. Terdengar kekehan kecil dari arah Samira, Jonathan mengerutkan keningnya. Ia merasa penasaran apa yang lucu dari jawabannya.

"Ada apa?" tanya Jona penasaran sembari melirik ke arah Samira yang masih terkekeh geli.

"Melindungiku dari kejahatan? Bukankah bangsamu yang telah menjahati kami, Meneer? Bangsamu yang menjajah tanah air kami, dan kau bilang kau melindungiku dari kejahatan? Itu sangatlah lucu, Meneer."

Jonathan terdiam, ia merasa ucapan Samira ada benarnya. Sejujurnya ia merasa malu dengan apa saja yang bari ia katakan, ia menutupi rasa malu itu dengan wajah dinginnya. Siapa yang ingin terlibat dalam perang dan penjajahan ini? Tentu saja tak akan ada yang mau terlibat di dalamnya.

"Ini semua karena perintah," ujar Jonathan singkat. Samira yang tadinya menatap keluar kaca mobil kini kembali menatap Jonathan dengan seksama.

"Aku sendiri tak ingin terlibat dalam kekacauan ini. Aku hanya menuruti perintah," pungkas Jonathan.

Tak lama kemudian, Jonathan memberhentikan mobilnya di depan kediaman Mbok Lastri. Samira sendiri tak sempat bertanya lebih lanjut apa yang dimaksud oleh Jonathan barusan.

"Kita sudah tiba," ucap Jonathan sembari membuka pintu mobilnya. Samira hanya bisa terdiam menatap Jonathan yang beranjak dari tempatnya, ia melihat Jonathan berlari kecil ke arah depan pintu Samira duduk. Dengan begitu gentle-nya ia membukakan pintu mobil untuk Samira, ia mengulurkan tangannya agar Samira tak terjatuh ketika turun.

Samira sangat terpukau dengan perlakuan manis yang diberikan oleh Jonathan, hati kecilnya menjerit untuk memiliki pria tampan ini.

"Terimakasih, Meneer," ujar Samira sembari meraih uluran tangan dari Jonathan.

Let Me Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang