(14) Kecurigaan

1.3K 142 7
                                    

Jangan lupa vote dan comment ♡Terimakasih udah nyempetin mampir🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan comment ♡
Terimakasih udah nyempetin mampir🥰

◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇

Samira terdiam ketika Jonathan menaruh sebuah kertas foto dengan cipratan darah yang telah mengering di atas meja. Dengan sedikit gugup Samira mengambil foto itu perlahan, dilihatnya foto itu dengan penuh rasa penasaran.

Samira nampak begitu terkejut, ia melihat foto hitam putih dirinya di dalam kertas itu.

"Dari mana Anda mendapatkan foto ini?"

Jonathan menjelaskan bahwa foto itu masuk dalam barang bukti pembunuhan, foto itu ditemukan tak jauh dari tempat Richard meninggal. Dan jelas itu bukanlah milik Richard karena ada sebuah tulisan yang tertulis 'Samira' dibalik foto itu, dan itu bukanlah tulisan tangan milik Richard.

Jonathan berpikir bahwa kejadian ini pasti ada sangkut pautnya dengan Samira, ia mencoba untuk terus mencari tahu dalang dari dua pembunuhan ini.

"Kau tidak ingat dimana foto ini diambil?" selidik Jonathan kepada Samira yang masih belum bisa mencerna keadaan.

Samira mencoba untuk mengingatnya dengan keras, karena semua ini pasti ada sangkut-pautnya dengan dirinya. Namun, sialnya Samira masih belum mengingat kapan dan dimana foto itu diambil.

"Itu foto ketika aku berusia 16 tahunan, aku lupa bagaimana itu diambil," lirih Samira sembari terduduk lemah di kursi ruang tamu.

"Jangan pernah keluar rumah sendirian, paham?"

Samira hanya bisa mengangguk pasrah setelah mendengar perintah mutlak dari Jonathan. Selepas itu, Jonathan meminta Pieter untuk berbicara hal penting di ruang kerjanya, Jonathan juga meminta agar Samira segera masuk ke kamarnya.

♤♤♤♤♤♤♤♤♤

Setelah hampir dua jam menunggu, Samira memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Ia mendengar suara mobil yang menjauh dari rumah Jonathan, Samira segera berlari ke depan melihat siapa gerangan yang pergi meninggalkan halaman.

"Kamu akan pergi kemana?"

Langkah kaki Samira terhenti ketika suara baritone itu menginterupsi dirinya. Samira berbalik ke arah belakang, ia melihat Jonathan berdiri tegak sembari memasukkan kedua tangan ke saku celana kulotnya. Samira berlari ke arah Jonathan, ia memeluk Jonathan begitu erat. Dibenamkannya wajah Samira ke dada bidang Jonathan, Samira mengeratkan pelukannya seolah membutuhkan perlindungan.

Jonathan tersenyum tipis, ia melingkarkan tangan kekarnya kepada pinggang kecil Samira. Jonathan mengelus lembut pucuk kepala Samira dengan harap menenangkan kegelisahan wanita inlander itu.

Let Me Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang