♤♤♤♠︎♤♤♤
Beberapa hari berlalu pasca penangkapan Wilburt. Jonathan mampu bernafas lega karena ia telah menyelesaikan tanggungjawabnya kepada Alexander Fritz. Kini, Jonathan baru saja pulang dari markas KNIL dan berjalan menghampiri Samira yang tengah duduk di teras rumah sembari menikmati teh dalam cangkirnya.
Jonathan memeluk tubuh Samira dari arah belakang. Tentu saja Samira terlonjak kaget karena perbuatan Jonathan yang secara tiba-tiba. Jonathan membelai lembut pucuk kepala Samira.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Samira?"
Samira segera berdiri lalu membenamkan wajahnya dalam dada bidang Jonathan. Jonathan tahu kalau selama beberapa hari ini Samira tengah memikirkan Wilburt. Pria dari masa kecilnya yang berubah menjadi psikopat karena perlakuan ayah dana ibu tirinya.
Mereka mendapat kabar kalau Wilburt telah di eksekusi dua hari lalu. Samira merasa begitu bersalah dengan apa yang telah menimpa Wilburt. Namun, Willem yang telah pulih meminta agar Samira tak menyalahkan dirinya. Semua ini sudah menjadi bagian dari takdir yang takkan bisa diubah atau disesali.
Setelah kejadian itu, Pieter memilih untuk menjauh dari kehidupan Jonathan dan Samira, ia bekerja disebuah pabrik gula yang ada di Kota Malang. Meskipun atasannya di KNIL berusaha keras untuk menarik Pieter kembali untuk menjadi prajuritnya, karena Pieter termasuk dalam prajurit yang berprestasi.
Namun, Pieter memilih menjadi seorang perintis usaha. Ia akan membuka sebuah pabrik gula kecil, karena menurutnya menjadi seorang pengusaha memiliki waktu yang fleksibel jika sewaktu-waktu Jonathan membutuhkan bantuannya.
♤♤♤♠︎♤♤♤
Keesokan paginya, seperti biasa Jonathan sarapan bersama dengan Samira. Mereka nampak menikmati sarapan yang telah tersaji di meja makan. Hingga terdengar langkah kaki cepat yang datang dari arah ruang tengah.
Seseorang itu datang lalu menatap tajam ke arah Jonathan dan Samira secara bergantian. Jonathan nampak terkejut dengan kehadiran sosok yang tak terduga itu. Sosok itu diikuti oleh seorang wanita yang dikenal oleh Jonathan.
"Hoe durf je!" pekik seseorang itu kepada Jonathan. (Beraninya kau!)
Jonathan segera berdiri dan memberi hormat kepada sosok Mayor Jenderalnya. Ia adalah Thomas Van Rhine, ayah dari Ellena Van Rhine. Pria itu mendatangi kediaman Jonathan langsung bersama putrinya.
Jonathan mencoba untuk tetap terlihat tenang, meskipun dalam hatinya ia sangat takut akan kehilangan Samira. Thomas menghampiri Jonathan lalu memukul dengan keras perut Jonathan. Samira dan Ellena nampak terkejut melihat kejadian itu, namun Jonathan mengisyaratkan kalau dirinya baik-baik saja.
Puas memukuli Jonathan, Thomas menghela nafas panjang. Ia mencoba untuk mengontrol emosinya yang meledak-ledak. Ia meminta kepada Jonathan untuk berbicara secara empat mata di ruangan lain, meniggalkan Ellena dan Samira berdua di ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You [END]
Historical Fiction"Biarkan aku mencintaimu dengan caraku," -Anonim Kisah cinta klasik berlatar Hindia-Belanda. Berkisah tentang seorang wanita Pribumi yang jatuh cinta pada Pria Belanda. Kisah cinta mereka tidak berjalan mulus, banyak halangan maupun rintangan yang m...