(15) Wanita itu

1.3K 139 7
                                    

"Hal terbaik dan terindah di dunia ini tidak bisa dilihat atau didengar, tapi harus dirasakan dengan hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hal terbaik dan terindah di dunia ini tidak bisa dilihat atau didengar, tapi harus dirasakan dengan hati."

♤♤♤♤♤♤♤

Mentari pagi bersinar semakin terik, Jonathan telah berangkat menuju markasnya. Ia mendapatkan tugas untuk membawa pasukan ke daerah Sidoarjo karena terdapat beberapa pribumi yang melakukan perlawanan di daerah itu.

Samira memilih untuk menggantikan Dewi pergi ke ELS mengantarkan Dedrick bersekolah. Ia berjalan di belakang Dedrick yang tengah bersenandung kecil di depannya, Samira tersenyum singkat melihat Dedrick yang sangat antusias ketika pergi bersekolah.

"Aku harus memanggilmu dengan apa?" celetuk bocah Belanda itu sembari menghentikan langkahnya dan berbalik menatap ke arah Samira.

Samira mengerutkan dahinya, ia sendiri merasa tak tahu bagaimana ia harus memposisikan dirinya pada Dedrick maupun lingkungan sekitar.

"Terserah dirimu, Dedrick." Samira berjongkok sembari mengelus pucuk kepala Dedrick, wanita itu mengulas senyum manis yang membuat bocah berusia enam tahun itu tersipu malu.

"Mama! Aku akan memanggilmu Mama!" seru Dedrick dengan begitu antusias.

Samira merasa terkejut ketika mendengar panggilan Mama keluar dari mulut putra pria yang ia cintai. Di sisi lain, ia merasa tak pantas di posisi ini karena ia hanyalah seorang pribumi biasa. Dedrick menarik tangan Samira dan menggandengnya untuk kembali berjalan, Samira merasa begitu bahagia ketika melihat wajah Dedrick yang begitu berseri-seri.

Mereka tiba di sekolah dasar atau ELS, Dedrick diantar oleh Samira hingga tepat di depan kelasnya. Beberapa Sinyo dan peranakan Belanda lainnya menatap Samira dan Dedrick dengan begitu sinis, seolah Samira adalah sesuatu yang menjijikkan.

"Is dat je nieuwe baboe?" celetuk salah satu bocah Belanda pada Dedrick. (Apakah itu babu barumu?)

"Nee! Ze is mijn moeder," balas Dedrick dengan ketus. (Bukan! Dia Ibuku.)

Samira menyadari bahwa anak-anak disana pasti akan mengolok-olok Dedrick karena mengakui dirinya sebagai sosok Ibunya.

"Ze is meer geschikt om je baboe te zijn dan je moeder." (Dia lebih cocok menjadi babumu daripada seorang ibu.)

Terlihat amarah Dedrick mulai tersulut jika saja Samira tak menahan lengannya, Samira tersenyum lembut sembari melarang Dedrick untuk berkelahi. Samira menyemangati Dedrick dan akan menjemputnya ketika pulang nanti, Dedrick mengangguk pasrah menuruti nasihat Samira.

Dedrick segera berjalan memasuki kelasnya, ia melirik sekilas ke arah Samira untuk memastikan wanita itu baik-baik saja. Samira melambaikan tangannya sambil tersenyum seolah mengatakan ia baik-baik saja. Setelah dirasa Dedrick duduk di bangkunya, Samira segera berjalan meninggalkan sekolah itu.

Let Me Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang