(1) Pertemuan

4.6K 310 14
                                    

Jangan lupa vote dan comment♡Happy reading guys♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan comment♡
Happy reading guys♡

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Samarang, 1938

Dia melihat suaminya tengah bercumbu dengan wanita lain, sang suami yang kepergok itu segera berlari dan menghajar sang istri yang tengah hamil muda. Sang suami terlihat dengan begitu kejam menendangi tubuh ringkih itu. Sang suami tak mempedulikan jeritan dan teriakan kesakitan dari Sang istri. Tak lama kemudian, darah segar mengalir di antara paha Sang istri.

"Tidak!" teriaknya dengan nafas yang menggebu.

"Samira, mimpi buruk lagi?" tanya seseorang yang terbangun karena terkejut dengan teriakan Samira.

Samira hanya bisa mengangguk lemas, peluh sebesar jagung menetes dari dahinya. Wanita paruh baya yang berada di samping Samira segera mengambil segelas air putih untuk menenangkan keponakannya yang tengah bangun dari mimpi buruknya.

"Ini, nduk," ujar Mbok Lastri dengan lembut. Samira segera menenggak air putih dari Mbok Lastri dengan begitu rakus. Diusapnya dengan kasar peluh yang menetes dari dahinya itu. Mbok Samira tersenyum lembut, ia membelai pucuk kepala keponakannya itu.

"Aku tahu kehidupanmu sangat berat, mari kita lupakan masa lalumu itu. Meskipun sangat membuatmu trauma, kamu harus tetap bangkit dari keterpurukanmu itu." Mbok Lastri memberi wejangan kepada Samira, ialah sosok yang selalu mendekap Samira dikala Samira mengalami keterpurukan.

"Terimakasih, Bulik," ujar Samira sembari memeluk Mbok Lastri dengan erat.

"Podo-podo, nduk. Wis, sekarang sudah shubuh, ayo siap-siap buka warung!" celetuk Mbok Lastri dengan begitu semangat.

Samira melihat Mbok Lastri bangkit dari duduknya, ia segera pergi keluar dari kamar tidur untuk menyiapkan warung makan kecil miliknya. Melihat hal itu membuat Samira tersenyum kecil, ia merasa sangat bersyukur memiliki sosok seperti Mbok Lastri dalam hidupnya.

Tak ingin berlama-lama dalam lamunannya, Samira segera berdiri dari tempatnya. Ia berjalan menuju kamar mandi yang berada di luar rumahnya, Samira segera menimba air sumur dan membasuh wajahnya.

Setelah selesai, Samira segera menyusul Mbok Lastri yang tengah memasak di dapur. Samira membantu Mbok Lastri memasak makanan yang nanti akan disajikan di warung makan sederhananya.

Matahari semakin terik, menandakan waktu hampir siang. Mbok Lastri kini tengah sibuk meladeni beberapa pembeli di warung makannya. Sedangkan, Samira tengah bersiap untuk untuk menjajakan es limun dagangannya di jalanan Kota Samarang.

Samira mengenakan kebaya putih panjang dipadukan dengan jarik batik berwarna coklat dengan ornamen emas membuat penampilan Samira semakin ayu dan elegan. Samira merupakan seorang gadis yang begitu cantik dan cerdas, ia dapat berbicara bahasa Netherland dengan begitu lancar.

Let Me Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang