♤♤♤♠︎♤♤♤
Malang, 1941
Terlihat seorang wanita yang tengah sibuk menulis sebuah surat yang berada di teras rumahnya, ia tersenyum manis ketika melihat bayinya yang berusia satu tahun tengah tertawa cekikan karena tingkah konyol para bocah pribumi yang mencoba menghibur si bayi.
'Jona, kini bayimu telah berusia satu tahun. Dia memiliki wajah yang begitu mirip dengan dirimu, matanya yang sebiru lautan serta rambutnya yang berwarna coklat keemasan semakin membuat putra kita terlihat tampan.'
Samira tersenyum bahagia ketika ia mendeskripsikan sosok buah cintanya dengan Jonathan. Setahun berlalu begitu cepat, sudah ribuan surat Samira kirim untuk Jonathan. Ia mendapat kabar dari Pieter kalau Jonathan masih hidup, namun karena kala itu kondisi negeri Belanda yang berada dalam genggaman Nazi membuat kondisi Jonathan berada dalam fase yang begitu sulit.
Pieter mendapatkan kabar dari rekan tentaranya yang baru saja pulang kembali dari Netherland. Rekan Pieter kebetulan dalam satu kompi yang dipimpin oleh Jonathan. Sayangnya, Jonathan harus menetap di Netherland dalam waktu yang belum ditentukan.
Akan tetapi, Samira dapat bernafas lega karena mendapat informasi kalau kekasihnya masih hidup. Lalu, bagaimana kehidupan pernikahan kontrak antara Samira dengan Pieter?
Mereka masih menjalankan pernikahan itu dengan baik. Pieter dengan begitu setia menemani Samira dalam mengurus banyak hal. Samira mengajarkan anak-anak pribumi secara gratis untuk membaca dan menulis di rumahnya. Sedangkan, Pieter masih bekerja sebagai seorang pengawas lapangan di perkebunan kopi. Usaha bunga tulip yang dikelola Samira berjalan mulus. Meskipun, keuntungannya terbilang sedikit.
Citra Samira sebagai seorang gundik yang negatif kini telah berubah menjadi seorang Nyonya Meneer yang begitu baik hati dan dermawan. Para penduduk kagum atas kecerdasan serta kebaikan hati Samira yang begitu tulus.
"Nyonya, ada yang ingin bertemu dengan Anda," celetuk seorang pekerja kebun bunga tulipnya. Samira mengangguk paham, ia segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke arah salah satu rumah pondok yang berada di tengah kebun bunga tulip.
Samira melihat seorang wanita Eropa yang tengah memunggunginya. "Ada yang bisa saya bantu?"
Mendengar suara Samira membuat wanita itu berbalik badan. Samira terkejut melihat sosok wanita yang sangat ia kenal. Wanita itu segera berlari memeluk Samira dengan begitu antusias.
"Samira! Aku merindukanmu!"
"Adeline," lirih Samira sembari membalas pelukan Adeline.
Samira segera mengajak Adeline untuk pergi ke rumahnya. Ia mempersilahkan Adeline untuk duduk di salah satu kursi yang ada di ruang tamunya. Adeline nampak begitu bahagia ketika melihat putra Samira yang ada dalam gendongannya.
"Dia benar-benar duplikat dari Jonathan!" seru Adeline sembari menciumi pipi chubby bayi itu.
"Siapa namanya?" tanya Adeline penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You [END]
Historical Fiction"Biarkan aku mencintaimu dengan caraku," -Anonim Kisah cinta klasik berlatar Hindia-Belanda. Berkisah tentang seorang wanita Pribumi yang jatuh cinta pada Pria Belanda. Kisah cinta mereka tidak berjalan mulus, banyak halangan maupun rintangan yang m...