♤♤♤♠︎♤♤♤
Seminggu berlalu semenjak kepergian Jonathan ke Netherland. Pagi ini, Samira merasakan mual yang begitu hebat. Ia berulang kali ke kamar mandi dan memuntahkan makanan yang ada di dalam perutnya.
Pieter nampak begitu khawatir, karena sudah dua hari ini Samira menjadi begini. Pieter membopong Samira menuju kamarnya karena wanita itu sudah tak sadarkan diri karena kehabisan tenaga.
Adeline segera pergi memanggil dokter langganan Jonathan. Ketika dokter tiba, ia mengecek kondisi tubuh Samira dengan begitu serius.
"Gefeliciteerd, mevrouw Samira is momenteel zwanger." (Selamat, Nyonya Samira saat ini tengah mengandung.)
Ucapan dokter itu jelas membuat semua orang yang ada di sana menjadi sangat terkejut. Dokter memberikan beberapa obat untuk menetralisir rasa mualnya saja. Dokter juga menjelaskan apa yang harus dihindari dan apa yang harus dilakukan kepada Pieter dan Adeline. Setelah selesai, Dokter segera berpamitan pergi meninggalkan kediaman Samira.
Adeline merasa begitu bahagia, ia segera pergi ke dapur bersama Mbok Lastri untuk menyiapkan makanan yang sehat untuk ibu hamil. Ia meninggalkan Pieter berdua bersama Samira di dalam kamar.
Pieter duduk di sebuah kursi yang ada di sebelah ranjang Samira, ia menatap Samira sembari tersenyum lembut ke arah wanita yang tengah tertidur itu.
"Jona, je vriendin is zwanger. Wat moet ik doen?" lirih Pieter. (Jona, kekasihmu tengah mengandung. Apa yang harus aku lakukan?)
Samira mengerjapkan matanya, ia sedikit terkejut ketika melihat Pieter telah duduk di samping ranjangnya. Samira mencoba untuk bangkit dari tidurnya, namun Pieter melarang Samira untuk melakukannya.
"Beristirahatlah, Samira. Tubuhmu terlalu lemah, kau harus banyak mengkonsumsi makanan yang sehat agar kandunganmu juga sehat," tutur Pieter dengan begitu lembut. Samira mengernyitkan dahinya, ia mencoba memproses kata yang baru saja Pieter ucapkan.
"Me-mengandung?" Samira seolah tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Pieter. Pieter mengangguk untuk menjawab rasa penasaran Samira.
Entah harus merasa bahagia atau sedih setelah mendengar kalau dirinya tengah mengandung buah cintanya dengan Jonathan. Samira menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya sembari menghela nafas panjang.
"Aku harap dia benar-benar menepati janjinya untuk kembali," cicit Samira sembari memejamkan kedua kelopak matanya.
♤♤♤♠︎♤♤♤
Lima bulan berlalu begitu cepat, Samira masih menunggu balasan surat dari Jonathan yang sudah hampir selama lima bulan tak dibalas. Pikiran Samira berkecamuk, tubuhnya semakin kurus karena sibuk memikirkan bagaimana keadaan maupun kabar Jonathan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You [END]
Historical Fiction"Biarkan aku mencintaimu dengan caraku," -Anonim Kisah cinta klasik berlatar Hindia-Belanda. Berkisah tentang seorang wanita Pribumi yang jatuh cinta pada Pria Belanda. Kisah cinta mereka tidak berjalan mulus, banyak halangan maupun rintangan yang m...