(33) Kebahagiaan yang sederhana

1K 89 1
                                    

♤♤♤♠︎♤♤♤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♤♤♤♠︎♤♤♤

Kehidupan Samira berjalan sempurna dengan adanya sosok Jacob yang menemani hari-harinya. Nampak Samira tengah sibuk menyuapi Jacob dengan begitu telaten. Sesekali Jacob berjingkrak bahagia melihat wajah Samira yang tersenyum lembut ke arahnya. 

Pada akhir tahun ini, Pieter disibukkan dengan pekerjaannya di kebun kopi. Atasannya menyuruh untuk segera memanen kopinya agar bisa langsung di ekspor ke beberapa negara Eropa lainnya. Hal itu membuat Pieter semakin jarang pulang karena dia dipercaya untuk mengantar barang yang di ekspor langsung ke Soerabaja.

Samira tak masalah dengan pekerjaann Suaminya itu. Ia tak pernah melarang Pieter melakukan apapun, Samira juga tak pernah menuntut Pieter untuk terus berada di sisinya. Samira sudah cukup merasa bersalah dengan adanya pernikahan ini karena membuat hidup Pieter terbelenggu oleh dirinya.

Terdengar suara air yang bergantian jatuh membasahi atap rumah Samira. Samira segera berlari menuju ke arah tempat jemur pakaian dan menitipkan Jacob pada Mbok Lastri yang berada di dapur. Samira segera berlari mengangkat pakaian-pakaian yang ada di jemuran.

"Hati-hati, Nyonya," ujar sebuah suara yang terdengar tak asing. Samira nampak begitu kerepotan dengan banyaknya pakaian yang tengah dia angkat di tiang jemuran. Samira melirik ke arah suara itu, ia melihat sosok pria yang membelakanginya sembari membantu Samira untuk mengangkat jemuran itu.

"Pieter?" sapa Samira yang membuat pria itu menoleh ke arahnya. Pria itu, Pieter akhirnya pulang setelah satu bulan sibuk di kebun kopi dan tempat ekspor-impor barang. Pieter menyunggingkan senyum manisnya, ia segera menyadarkan Samira agar segera pergi dari sini karena hujan semakin lebat.

Sesampainya di dalam rumah, Wiranti seorang wanita yang membantu Samira segera meraih pakaian yang ada di tangan Samira dan Pieter. Wanita itu meminta maaf karena ia baru saja tiba dari pasar. Samira tentu tak mempermasalahkan hal itu, ia segera beranjak ke dapur untuk membuatkan Pieter secangkir teh hangat.

Samira menyeduh teh bunga krisan yang telah menjadi minuman kesukaan Pieter. Samira juga menyajikan panekuk mini yang kebetulan ia buat tadi siang. Ia segera berjalan menuju ke ruang tamu, disana sudah terlihat Pieter yang tengah bermain bersama Jacob. Samira tersenyum tipis melihat keakraban keduanya.

Pieter tersenyum lebar melihat Samira yang datang membawa nampan berisi makanan ringan dan teh hangat. "Maaf telah merepotkanmu, Samira."

"Kamu tidak merepotkanku, Pieter." Samira tersenyum lembut sembari menaruh secangkir teh dan sepiring kecil panekuk di atas meja ruang tamu.

Terdengar suara ocehan Jacob yang meminta gendong pada Samira. "Putra Mama sudah besar, ya?"

Samira mengangkat tubuh Jacob ke dalam gendongannya. Jacob nampak terkekeh melihat Samira yang tersenyum manis ke arahnya. Samira berulang kali mencium kedua pipi Jacob yang begitu berisi.

Let Me Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang