(36) Rencana Pelarian

828 85 4
                                    

♤♤♤♠︎♤♤♤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♤♤♤♠︎♤♤♤

Samira segera berlari memeluk Pieter yang datang menyelamatkan dirinya. Tubuhnya bergetar ketakutan, ia menangis karena terkejut dengan kejadian yang baru saja menimpanya. 

Pieter melihat sosok Wiranti yang sudah tergeletak di atas tanah. Pria itu nampak begitu terpukul melihat Wiranti yang selalu menemani hari-hari Samira sudah tewas mengenaskan. Pieter menepuk-nepuk lembut punggung Samira yang bergetar hebat. Ia melepas kemeja panjangnya untuk dipakaikan pada kebaya Samira yang nampak robek di banyak sisi.

Terdengar derap langkah kaki yang mendekat, Pieter berpikir bahwa itu adalah para pasukan Jepang yang datang karena mendengar suara baku tembak antara Pieter dengan beberapa tentara Jepang yang sudah tewas.

Pieter segera menarik lengan Samira, mereka berdua berlari meninggalkan tempat itu. Meskipun terasa begitu berat bagi Samira yang harus meninggalkan jasad Wiranti begitu saja, ia tetap harus bertahan hidup demi Jacob.

Mereka berdua berlari sekencang mungkin, mereka menuju ke kediaman Wiranti untuk segera membawa Jacob pergi dari tempat ini. "Samira, aku sudah menemukan jalan untuk ke Netherland! Kita akan berangkat hari ini juga!"

Samira mengangguk paham disela-sela ia berlari, ia melirik ke arah tangannya yang masih setia digenggam erat oleh Pieter. Mereka terus berlari hingga tibalah di kediaman Wiranti. Namun, Samira terkejut karena melihat Ki Jogo dan istrinya diseret oleh para serdadu Jepang.  Samira yang berusaha untuk berlari ke arah Ki Jogo itu berhasil dicegah oleh Pieter.

"Jangan gegabah," bisik Pieter sembari mencengkram lengan Samira.

"Mereka akan dibawa kemana?" Samira mulai terlihat panik ketika melihat Ki Jogo dan Istrinya di angkut ke atas truk militer.

"Dimana putraku?" Samira tak mendapati sosok Jacob dalam dekapan Mbok Dharmi. Pieter berulang kali menenangkan Samira agar tak bertindak gegabah. Mereka harus memastikan bahwa keadaan benar-benar aman.

Rombongan serdadu Jepang itu meninggalkan kediaman Wiranti. Setelah dipastikan aman, Pieter mengisyaratkan Samira agar segera berlari masuk ke dalam rumah Wiranti. Samira terkejut karena keadaan rumah itu begitu berantakan, ia mencari sosok Jacob ke seluruh sudut rumah. 

"Dimana? Dimana Jack?" Tubuh Samira merasa begitu lemas karena tak mendapati sosok putranya dimanapun. Hingga terdengar suara tangisan bayi terdengar di bagian belakang rumah. Samira segera berlari ke sumber tangisan, ia mendengar tangisan itu dibalik tumpukan kayu bakar. Jacob diselimuti oleh kain bahkan seseorang tak akan menemukannya jika saja bayi itu tak menangis. 

Dengen segera, Pieter segera memindahkan tumpukan kayu itu agar memudahkan untuk mengangkat Jacob. 

"Ma....ma....!" teriak Jacob disela tangisannya. Samira segera memeluk erat bayinya itu, ia mencoba untuk menenangkan bocah yang baru saja berusia dua tahunan itu.

Let Me Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang