(22) Kasus Pembunuhan Keempat

1K 101 1
                                    

♤♤♤♠︎♤♤♤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♤♤♤♠︎♤♤♤

Soerabaja, 1939

Tangan Jonathan dengan piawai memainkan sebuah piano yang ada di kediamannya. Seorang wanita paruh baya mendatangi Jonathan sembari membawa surat dari Pieter untuknya. Dengan penuh rasa penasaran Jonathan membuka dan melihat isi surat yang telah ditulis oleh Pieter untuknya.

Iris mata Jonathan membulat sempurna ketika membaca tulisan dalam surat itu, tanpa basa-basi ia segera bangkit dari posisinya. Jonathan segera mengendarai mobilnya menuju ke Loemadjang, raut wajahnya menyiratkan perasaan khawatir, marah dan kesal. Pria itu melontarkan kata-kata umpatan untuk menyalurkan rasa emosinya yang memuncak.

Hingga mobilnya berpapasan dengan mobil Ellena yang tengah melaju ke kediaman Jonathan. Wanita itu tak pernah menyerah dan terus mempertahankan pertunangannya dengan Jonathan, meskipun Jonathan telah meninggalkannya tinggal sendirian di rumah dinasnya. Lalu, bagaimana dengan Dedrick? Dedrick diasuh oleh kedua orangtua Jonathan di Batavia.

Jonathan secara terang-terangan membeli rumah baru untuknya tinggal di Soerabaja, rumah yang ia beli tak jauh dari markas militer serdadu Belanda. Jonathan merasa nyaman di rumah itu meskipun dua kali lipat lebih kecil dari rumah dinasnya di dekat Tanjung Perak.

Ketika Ellena memasuki rumah itu, pembantu rumah itu menjelaskan kalau Jonathan baru saja pergi. Ellena hanya bisa mengulum senyum kecut, berulang-kali ia kesini hasilnya selalau sama. Ia hampir tak bisa bertatap muka secara langsung dengan Jonathan, bahkan sekali bertatap muka, Jonathan akan mengatakan kalau ia akan membatalkan pertunangan mereka.

Dengan berat hati, Ellena harus kembali ke rumah dinas Jonathan yang ada di Tanjung Perak. Tak dapat dipungkiri kalau Jonathan memang secara terang-terangan memperlihatkan perasaan cintanya yang begitu besar kepada sosok Wanita Pribumi itu, bahkan kedua orangtua Jonathan hanya bisa pasrah dengan sifat putranya yang begitu tegas dengan keputusannya.

Langkah kaki Ellena terhenti, ketika ia melihat sebuah foto berbingkai dengan ukuran besar di ruang tamu rumah itu. Ia melihat potrait Jonathan dan Samira dalam foto itu, kedua iris sky blue itu mulai berkaca-kaca. Ellena tahu keputusannya untuk mempertahankan pertunangan ini salah, hanya demi pengakuan dari Ayahnya ia rela menderita dalam hubungan ini.

Bahkan, Ellena tak tahu kemana arah hubungan ini akan berakhir. Ia sangat yakin kalau Jonathan tak akan menikahinya secara resmi, karena berulang-kali keluarga Baardwijk maupun Keluarga Van Rhine melakukan pertemuan untuk membahas pernikahan. Namun, Jonathan tak pernah menghadirinya, bahkan pernah kedua keluarga memutuskan tanggal pernikahan tanpa persetujuan Jonathan. Alhasil, Jonathan malah pergi ke Pulau Borneo untuk menggantikan tugas militer atasannya, ia pergi ke Borneo bersama dengan Samira.

Ellena melangkahkan kakinya dengan lemah, ia hanya mampu tersenyum kecut merasakan sakit hati yang ia buat sendiri. Entah sampai kapan ia harus mempertahankan hubungan tanpa masa depan seperti ini.

Let Me Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang