(7) Kepergiannya

1.5K 149 3
                                    

Jangan lupa vote dan comment♡Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir ;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan comment♡
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir ;)

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Entah mengapa Samira merasa tenang dan begitu lega dengan kematian Wira Adhi yang masih menjadi misteri. Meskipun ia sedikit diselimuti oleh perasaan takut karena pembunuhnya belum ditemukan, bahkan pihak berwenang belum mengetahui motif dari pembunuhan Wira Adhi. Samira membuyarkan lamunannya, ia hendak berjalan pulang menuju rumahnya.

"Samira!" teriak seseorang dari kejauhan. Samira menyipitkan kedua matanya sembari melihat ke arah seseorang yang berlari kecil ke arahnya.

"Meneer?"

Pieter tersenyum dengan begitu manis menyapa Samira yang hendak kembali menuju kediamannya.

"Hoe is het met je? Waarom ben je hier?" tanya Pieter dengan penuh kekhawatiran melihat Samira yang berjalan tertatih, pria itu otomatis memapah Samira untuk berjalan. ( Bagaimana keadaanmu? Kenapa kau disini?)

"Bedankt voor je vriendelijkheid, Meneer. Ik wil slechts één ding aan Jona bevestigen." Samira tersenyum lembut ke arah Pieter. (Terimakasih atas kebaikanmu, Pieter. Aku hanya ingin memastikan satu hal kepada Jona.)

"Mag ik weten wat dat ding is?" tanya Pieter dengan penasaran. (Apa aku boleh tahu hal apa itu?)

Samira menggelengkan kepalanya sembari menyunggingkan senyum tipis. Pieter tak memaksakan kehendak Samira yang tak mau berbagi cerita kepadanya.

"Pieter," lirih Samira.

"Jaa?" Pieter menoleh ke arah Samira.

" Mijn tante vroeg me deze stad te verlaten." Mendengar ucapan Samira membuat Pieter menghentikan langkah kakinya. (Bibiku, meminta agar aku meninggalkan kota ini)

"Waarom?" (Kenapa?)

"Ik moet gaan, want er is iets waar ik voor moet zorgen," ujar Samira sembari tersenyum lembut ke arah Pieter. Pieter melanjutkan perjalanan mereka, ia memapah Samira hingga tiba di depan kediamannya. (Ada hal yang harus aku selesaikan.)

"Bedankt," seru Samira kepada Pieter. Seolah ada yang ingin dikatakan Pieter terlihat begitu enggan untuk melangkahkan kakinya pergi dari kediaman Samira. (Terimakasih)

"Wat is het, Meneer?" Samira nampak mengernyitkan kedua keningnya heran dengan tingkah Pieter.

"Kun je zeggen, wanneer en waar ga je heen?" Pieter bertanya dengan wajah yang begitu serius, Samira tersenyum lembut mendengar pertanyaan yang tak ia duga dari sosok londo yang baik hati. (Bisa kau katakan, kapan dan kemana kamu akan pergi?)

"Soerabaja," balas Samira singkat. Pieter mengangguk paham, ia berpamitan dan meminta Samira untuk menghubunginya lewat surat jika nanti ia berada di Soerabaja. Pieter tersenyum sembari melambaikan tangannya, ia berlari kecil kembali menuju TKP penemuan mayat.

Let Me Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang