"Biarkan aku mencintaimu dengan caraku," -Anonim
Kisah cinta klasik berlatar Hindia-Belanda. Berkisah tentang seorang wanita Pribumi yang jatuh cinta pada Pria Belanda. Kisah cinta mereka tidak berjalan mulus, banyak halangan maupun rintangan yang m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kebahagiaan terbesarku adalah bertemu dengan dirimu,"- Jonathan
WARNING!! 18+
Konten bab ini mengandung sedikit unsur dewasa yang kurang baik untuk pembaca dibawah 18 tahun!
Harap bijak dalam membaca.
♤♤♤♠︎♤♤♤
Jonathan tak hentinya tersenyum manis melihat sang kekasih kini tepat di pangkuannya. Mereka melepas rasa rindu yang amat sangat mendalam di kamar itu, "Kenapa Anda tidak menemuiku di rumah?"
Jonathan tersenyum, tangan kekarnya membelai lembut kening Samira. Pria itu menuturkan bahwa ia tak bisa berlama-lama di sini, karena tugasnya sebagai seorang Kolonel di Soerabaja terlalu banyak.
Samira merasakan raut wajah Jonathan yang terlihat begitu sendu, ia berpikir itu adalah akibat dari hubungan jarak jauh. Jonathan yang dua bulan lalu nampak begitu gagah kini nampak lebih kurusan, wajah tampannya nampak tirus. Lingkaran hitam menghiasi mata blue marine pria itu.
'Apa ada yang kau sembunyikan dariku, Jonathan?'
Samira tak berani bertanya mengenai penyebab kekasihnya ini terlihat kacau, ia menatap mata Jonathan seolah menguatkan pria yang tengah dilanda kesulitan itu. Jonathan mengulas senyum lembut, ia mendekatkan wajahnya kepada Samira yaang duduk di pangkuannya. Hingga Jonathan mulai mengikis jarak diantara keduanya, kecupan lembut mendarat di bibir Samira. Namun, lama-kelamaan kecupan itu berubah menjadi pagutan yang sedikit kasar, mereka bertukar saliva seolah menyalurkan rasa kerinduan yang begitu mendalam.
Suara kecapan dan desahan memenuhi ruangan kamar. Jonathan mencium setiap jengkal tubuh Samira yang kini tanpa sehelai benang pun. Samira hanya mampu memejamkan matanya menikmati permainan Jonathan yang lembut dan menggairahkan. Wanita itu melupakan risiko menjadi seorang gundik, ia tak mampu berpikir menggunakan akal dan logika. Kini yang ia inginkan hanyalah menjadi miliki seorang Jonathan, ia tak mempedulikan apapun risikonya.
♤♤♤♠︎♤♤♤
Hari menjelang sore, kini Samira tengah merapikan dirinya sembari menatap ke cermin besar di depannya. Ia memasang sanggulnya yang dibuat berantakan oleh Jonathan, ketika Samira selesai merapikan sanggulnya, Jonathan datang dari arah kamar mandi.
Entah mengapa meskipun berulang kali Samira telah melihat dada telanjang Jonathan, tetap saja ia merasa tersipu. Jonathan terkekeh pelan melihat wanitanya yang mengalihkan pandangan darinya. Ia mengambil sebatang rokok, ketika hendak menyalakannya rokok itu Samira bertanya, "Masalah apa yang membuatmu hidup seperti itu, Meneer?"
Jonathan melirik sekilas ke arah Samira yang menatapnya seolah Samira tahu kalau Jonathan sedang tidak baik-baik saja. Jonathan menyalakan rokoknya, disesapnya dengan penuh perasaan, ia menghembuskan kembali asap rokok yang kini memenuhi ruangan kamar.