♤♤♤♠︎♤♤♤
Den Haag, 1945
Setelah dua jam perjalanan, Pieter dan Samira tiba di sebuah alamat yang dituliskan dalam surat itu. Jantung Samira berdegup kencang, ia sangat mengharapkan pertemuannya dengan Jonathan. Pieter melirik ke arah Samira sembari tersenyum lembut, pria itu mengelus lembut pucuk kepala istrinya. Lucu memang, seorang suami mengantarkan istrinya untuk bertemu dengan sang kekasih.
Pieter segera membukakan pintu mobil untuk Samira, ia juga mengambil alih Jacob ke dalam gendongannya. Mereka tiba di sebuah rumah yang cukup besar, memang keluarga Baardwijk terkenal kaya bukan hanya di Hindia-Belanda saja. Dengan menarik nafas panjang, Samira mulai mengetuk pintu kayu di depannya itu.
Selang beberapa detik, seseorang membuka pintu tersebut. "Ben jij Samira?" (Apa kamu Samira?)
Samira mengangguk, seorang wanita itu mempersilahkan agar Pieter dan Samira masuk ke dalam rumah. Wanita itu mempersilahkan agar Samira dan Pieter duduk di ruang tamu yang ada di rumah itu.
Pandangan wanita itu teralihkan oleh sosok Jacob yang tengah tertidur pulas dalam pangkuan Pieter. "Is hij Jonathans zoon?" (Apakah dia putra Jonathan?)
Pieter dan Samira saling bertukar pandang, mereka terkejut karena wanita itu mengetahui hal ini dengan begitu cepat.
"Iedereen had het kunnen raden, want het jongetje leek erg op mijn schoonzus," imbuh Wanita itu sembari terkekeh pelan. (Siapapun pasti bisa menebaknya, karena bocah kecil itu sangatlah mirip dengan adik iparku.)
Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Clara, Istri dari Jansen Baardwijk. Tak lama kemudian, datanglah seorang pria dengan wajah yang sekilas mirip dengan Jonathan. Samira dengan mudah menebak kalau pria itu adalah Jansen. Mereka saling berkenalan satu sama lain.
Kesan Samira mengenai keluarga Baardwijk yang angkuh dan sombong itu sirna, Jansen dan Clara adalah orang yang begitu ramah dan baik.
"Samira, dit moet heel moeilijk voor je zijn," celetuk Jansen sembari menatap sendu ke arah Samira. (Samira, pasti ini semua sangat berat bagimu.)
Samira hanya mampu mengulas senyum tipis. Tak lama kemudian, Jacob terbangun karena suara bising yang mengganggu tidurnya. Bocah itu nampak kebingungan dengan suasana asing yang ada di sekitarnya.
"Mam, waar zijn we?" tanya Jacob dengan begitu polosnya. (Ibu, kita ada dimana?)
"Je bent bij je vader thuis, kampioen!" sahut Jansen.
Hal itu membuat Jacob mengernyitkan dahinya karena merasa asing dengan Jansen dan Clara. Jansen terkekeh pelan, pasalnya Jacob terlihat sangatlah mirip dengan Jonathan.
Clara segera mengajak Jacob untuk berjalan-jalan keluar rumah dan membiarkan suaminya dan Samira berbincang secara serius. Tadinya, Jacob berusaha menolak ajakan Clara, namun setelah diyakinkan untuk membeli gula-gula ia merasa bersemangat dan mau ikut dengan Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You [END]
Historical Fiction"Biarkan aku mencintaimu dengan caraku," -Anonim Kisah cinta klasik berlatar Hindia-Belanda. Berkisah tentang seorang wanita Pribumi yang jatuh cinta pada Pria Belanda. Kisah cinta mereka tidak berjalan mulus, banyak halangan maupun rintangan yang m...