♤♤♤♠︎♤♤♤
Malang, 1942
Tepat di bulan Maret tahun itu, suasana daerah tempat tinggal Pieter menjadi mencekam. Terdengar teriakan dan jeritan dari para kaum Netherland. Samira yang tengah sibuk mengajak Jacob jalan-jalan ke pasar tradisional itu dikejutkan dengan kedatangan barisan tentara yang membantai tiap orang Eropa yang ada di depannya. Tentara itu terlihat nampak berbeda, memiliki perawakan tubuh pendek, berambut hitam, berkulit putih dan bermata sipit. Mereka mencoba untuk menggiring para orang Eropa menuju ke suatu tempat.
Samira melihat dengan mata kepalanya sendiri, beberapa orang Eropa yang mencoba melawan dibantai menggunakan senapan atau samurai. Teriakan menggema diseluruh penjuru desa, Samira yang panik segera berlari untuk bersembunyi dari para serdadu Jepang. Ia menyembunyikan putranya yang menangis karena terkejut dengan suara sekitarnya. Ia tak tahu lagi apa yang harus dipikirkan selain berlari sejauh mungkin dari area itu.
Samira memasuki area perhutanan yang lebat. Ia tak mempedulikan kakinya yang tertusuk ranting ataupun tergores bebatuan, yang ia pikirkan hanyalah kabur menyelamatkan putranya. Samira memastikan sekeliling kalau benar-benar aman, ia mencoba untuk menenangkan putranya yang masih menangis.
"Sst....Diamlah, putraku," ujar Samira dengan lembut. Keringat membasahi seluruh tubuhnya, sesekali ia meringis merasakan perih pada kakinya yang terluka parah. Samira berusaha untuk menidurkan Jacob kembali, setelah semua aman Samira akan berusaha kembali menuju ke desa.
Hari semakin sore, Samira berjalan menyusuri hutan belantara itu bersama bayinya. Pikirannya dipenuhi oleh Pieter dan orang rumah lainnya. Ia harus segera kembali menuju ke desa, tapi ia berpikir harus menyelamatkan putranya terlebih dahulu. Samira akan menitipkan putranya pada seorang juru kunci yang tinggal di tengah hutan, ia adalah Ki Jogo Jagad. Samira mengenal Ki Jogo karena memang mereka sering bertemu ketika Samira mencari tanaman herbal di hutan belantara ini.
"Ki! Ki Jogo!" teriak Samira tepat di depan gubuk Ki Jogo.
Perlahan pintu gedek itu terbuka dan menampilkan sosok kakek tua dengan pakaian khasnya, "Loh? Ono opo, Nyai?" (Loh? Ada apa, Nyai?)
Ki Jogo nampak khawatir dengan penampilan Samira yang begitu berantakan. Ditambah lagi dengan kaki wanita itu yang dipenuhi luka.
"Ki, Saya meminta tolong dengan sangat. Tulung panjenengan jaga putra Saya. Saya akan pergi memastikan sesuatu, Saya tak akan lama, Ki." Tanpa basa-basi lebih banyak, Samira memberikan Jacob yang tengah tertidur ke dalam dekapan Ki Jogo. Ki Jogo sendiri nampak kebingungan dengan apa yang tengah terjadi, ia hanya terpaku ketika melihat Samira yang perlahan pergi meninggalkan rumahnya.
"Ono opo to, kang?" tanya seorang wanita paruh baya yang merupakan istri Ki Jogo. (Ada apa, Kang?)
♤♤♤♠︎♤♤♤
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You [END]
Historical Fiction"Biarkan aku mencintaimu dengan caraku," -Anonim Kisah cinta klasik berlatar Hindia-Belanda. Berkisah tentang seorang wanita Pribumi yang jatuh cinta pada Pria Belanda. Kisah cinta mereka tidak berjalan mulus, banyak halangan maupun rintangan yang m...