Vienna Dikala Rindu

169 12 7
                                    

Metawin sedang memainkan biolanya secara asal tanpa alunan nada indah yang hanya berisi suara gesekan aneh dengan volume kecil, dan hal tersebut cukup mengganggu bagi Aldric karena sejak tadi ia berada di dekat Sang Violinist, dengan niat hati untuk membicarakan segudang rencana mereka.

Setelah setengah jam membiarkan si pemain biola profesional itu yang sekarang menjelma menjadi anak setan, Aldric sungguh tidak tahan lagi dan pada akhirnya melempar Win dengan gulungan kertas, namun sayang lemparannya justru hanya mengenai ujung biola bukan kepala targetnya saja.

Aldric sangat frustasi, karena kepulangan Win 2 minggu yang lalu bahkan belum menghasilkan kesepakatan apapun soal pekerjaan baru. Win menjadi lebih cranky dan mudah naik pitam semenjak kembali dari negaranya. Entah apa yang dialami artisnya itu selama berlibur, Aldric belum berani menanyakannya karena melihat kondisi emosi Win sekarang, sungguh tak tertolong lagi.

"Aku rindu..." Ucap Win sangat pelan agar hanya dirinya dan Tuhan saja yang mendengar pesan rindu untuk Sang Kekasih Bright yang jauh dimata dekat dihati.

Win menjadi jauh lebih melankolis setelah perpisahan mereka terjadi lagi di Bandara Suvharnabumi karena tujuan keduanya memang berbeda. Win harus kembali menjalani hidup monotonnya di Vienna, semantara Bright pasti kembali bersenang-senang di Seoul tanpa dirinya. Bagaimana Win bisa menyimpulkan hal itu?.

Menurut pemikiran otaknya setelah melihat seberapa sukses Bright sebagai Sutradara, hidupnya pasti dikelilingi banyak orang terkenal yang cantik, tampan, imut dari mulai wanita anggunly, wanita tomboy, seme, uke. Belum lagi masalah orang-orang sukses jenis lain yang tak sedikit mengincar kekasihnya untuk dijadikan tawanan hati, selir hati, hati-hati... Achhh... Pokoknya masih banyak lagi sampai sulit disebutkan satu per satu karena durasi.

Selama menjalankan Long Distance Relationshit bahkan ketika itu baru saja terjadi 2 minggu, Win kembali insomnia dan selalu gagal fokus pada semua aktivitasnya baik indoor maupun outdoor. Ia masih sangat menginginkan menjangkau Bright, tetapi apalah daya kehidupan yang mereka jalani sudah berbeda Benua.

"Hei Moron! Bisa berhenti saja jika permainanmu hanya merusak gendang telingaku" Aldric tak sanggup lagi menahan kesabarannya pada Win, setengah jam dan dia hanya sibuk menutup telinganya.

"Aku merasa cuaca Vienna beberapa hari ini sangat tidak menyenangkan" Ucap Win pada Aldric tetapi matanya masih menerawang jauh sembari memeluk biola kesayangannya "Terlalu dingin sampai menusuk hati dan sanubari" Lanjut Win dengan posisi duduk yang masih sama.

Aldric yang melihat Win dengan mata kepalanya sendiri sedang bertingkah aneh, sejujurnya sudah merasa risih karena belum ada pembicaraan serius apapun yang harusnya mereka lakukan.

Setiap Aldric memulai percakapan soal pekerjaan, Win hanya menanggapi dengan sikap semakin aneh. Dan sepertinya hanya raga Win saja yang berada bersamanya sementara jiwanya mungkin sedang bersekutu dengan setan karena Win menjadi lebih menyebalkan.

"Ini memang masih memasuki akhir winter, sudah tidak ada salju tetapi suhunya masih rendah, Win.. kau sudah tinggal di Vienna bukan hanya dalam hitungan hari atau bulan, tetapi sudah bertahun-tahun, seharusnya kau bisa dengan mudah beradaptasi apalagi hanya perkara salju turun dari langit, bukankah begitu?"

"Seharusnya ya, tetapi...."

Aku ingin berpelukan lagi dengan Bright kekasihku satu-satunya itu saat musim dingin seperti ini, ah... Si Aldric mana paham apa yang membuatku sampai frustasi seperti sekarang, dan sepertinya dia tak usah tahu saja sekalian, dia kan pria usil sama seperti Dew. Lanjut Win tetapi hanya berupa monolog dalam hati.

"Win intinya..."

"Ssshhhhhtttttt....." Win memberi kode pada Aldric untuk tidak melanjutkan kalimatnya karena ponsel Win berdering dan itu adalah panggilan dari Bright.

Kalau Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang