Masih Lanjutan Iklan

197 13 6
                                    

Disarankan untuk membaca chapter sebelum ini... Capcussssssss!!!!!!

"Komandanku bukan kekasihku"

"Brengsek" Win memberi pukulan cukup keras pada lengan temannya itu.

"Kau akan kemana? Aku baru saja datang" Tanya Jef ketika Win pergi menjauh.

"Membayar semua belanjaanku, setelah ini kita cari restoran untuk makan siang"

"Ayeeyyy Komandan Imut"

"Kau minta ku granat?"

Jef hanya membuat tanda perdamaian dengan jarinya, melihat Win marah tidak pernah masuk ke dalam list kehidupnnya. Terlalu menyeramkan lebih dari Sadako yang keluar dari dalam sumur dan merangkak keluar melalui televisi.

"Pesan yang kau ingin, aku akan membayar semua pesanan kita untuk hari ini" Ucap Jef dengan penuh kebanggaan.

"Aku masih harus melihat prestasimu dulu sebelum ku rekomendasikan untuk naik pangkat" Ucap Win to the point.

"Yak... Yak...'Yak..." Jef membanting buku menu yang sedang ia pegang ke atas meja "Ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan dasar teman bodoh"

"Aku tetap harus waspada dengan orang-orang jahat yang mendadak baik padaku bukan?"

Jef menodongkan garpunya ke arah Win, jika bukan karena pangkatnya jauh dibawah Win, ia tentu akan dengan senang hati menyuapi si pria bermulut tajam itu dengan garpu.

"Tolong pesankan aku seperti biasa, aku ingin ke toilet"

"Baiklah Komandan Metawin Seksi Opasiamkajorn"

Win hanya mampu memperingati temannya lewat tatapan mata, tidak mungkin ia berteriak di dalam restoran dan menimbulkan kegaduhan. Saat kakinya melangkah melewati lorong menuju toilet, tubuhnya tiba-tiba ditabrak oleh seseorang yang membuatnya sedikit oleng.

"Maafkan saya"

Win menyeimbangkan tubuhnya yang tadi sempat terdorong dan segera melihat siapa yang baru saja meminta maaf.

"Tak apa..." Win mendadak bercosplay menjadi patung saat melihat siapa wanita yang baru saja menabrak tubuhnya "Nyonya Vachirawit" Ucap Win dengan nada rendah.

Thina cukup terkejut dengan siapa yang ia hadapi sekarang. Pria yang dulu pernah ia lukai hatinya, ia pisahkan begitu saja dengan sang anak tanpa memberi mereka sedikitpun kesempatan.

"Apa nyonya terluka?" Tanya Win dengan sopan.

"Ah... Tidak nak, maaf karena sudah menabrakmu, aku sedang mencari sesuatu di dalam tas"

"Tak apa nyonya, syukurlah jika nyonya tak terluka, kalau begitu saya permisi dulu ingin masuk ke dalam toilet" Win membungkuk sopan saat berpamitan.

Bangkok ternyata tak sebesar perkiraannya, dari semua mahluk yang mendiami kota ini kenapa ia harus bertemu dengan bagian dari masa lalunya. Win tentu sudah baik-baik saja, ia terlalu sibuk melatih seluruh pasukan di medan perang dan tak memiliki waktu untuk meratapi nasib sampai bertahun-tahun lamanya. Ia adalah seorang Komandan pasukan aktif di Angkatan Udara, yang selalu saja dimintai pertolongan selama penempatannya di negara konflik. Kehidupan pribadi tak pernah ia hiraukan, jiwa dan raganya hanya untuk negara, tetapi kembali lagi jika ia berbicara takdir, siapa yang sangka dirinya bersentuhan lagi dengan kepingan masa lalu.

Win membasuh wajahnya dengan air agar kembali sadar setelah beberapa saat hilang kontrol. Harusnya ia tak menyetujui kepulangannya dan terus saja hidup disana sampai batas kemampuannya berangsur-angsur hilang. Tetapi sebagai abdi negara saat tenaganya dibutuhkan, tentu saja ia tak bisa dengan seenaknya memberi penolakan. Ketika semua sudah kembali normal, Win keluar dari toilet untuk segera menghampiri Jef, cukup lama ia menenangkan diri dan pasti akan membuat anak buahnya itu khawatir.

Kalau Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang