Bright memperhatikan Win dengan tatapan kelaparan seolah Win adalah Pepperoni Pizza favoritnya dengan topping extra keju yang selalu membuatnya antusias jika ingin menyantap makanan tersebut. Win benar-benar menggoda alter baik dalam dirinya untuk tetap slay di dalam sana, karena mengingat Win baru saja tiba dari penerbangan belasan jam. Meski Win tentu saja duduk di kelas utama, tetapi istirahat di tempat proper pasti akan lebih baik lagi untuk Sang Pujaan hati.
Namun yang diinginkan Win beberapa jam lalu justru berbeda dan sangat mengejutkan. Setelah mereka sampai ke kamar hotel dan Bright mulai beraksi dengan cara menerjang Win sampai keduanya terjatuh di ranjang. Win langsung menginterupsi dan memberi permintaan sangat konyol jika kekasihnya itu ingin segera pergi dari hotel, dan memilih bercengkrama saja di tempat tinggalnya selama hidup di Korea.
"Nice House Beyb, dan sejak dulu kita memang tidak terlalu suka Apartemen untuk ditinggali kan" Ucap Win sembari house tour di hunian Sang Kekasih.
Begitu Win sampai di Seoul, hal yang paling ia inginkan adalah mengunjungi tempat tinggal Bright. Win ingin menyaksikan sendiri senyaman apa rumah Sutradara sekelas kekasihnya. Sejak dulu mereka memang selalu saling bercerita tentang rumah impian, dan sekarang Win bisa melihat sendiri seluruh imajinasi Bright tentang sebuah hunian yang sangat didambakan, sudah terwujud tanpa ada satu pun terlewatkan.
Win tentu bangga dengan pencapaian Sang Kekasih meski pria itu sudah hidup dengan level finansial yang baik karena keluarganya adalah salah satu orang terpandang, Bright bukanlah pria yang terlalu bergantung pada fasilitas orang tua. Bright yang legenda siswa teladan dengan latar belakang kehidupan kaya raya, tetap saja berusaha sendiri dalam mengejar kesuksesannya dan Win adalah saksi jatuh bangun Bright kala itu.
"Rumah ini hampir sempurna, tetapi ada sesuatu yang rasanya masih kurang dan jika itu sudah terwujud tentu aku tidak akan mengejar apapun lagi" Jelas Bright masih mengikuti Win dari belakang, karena rasanya sulit sekali berpaling dari bagian tubuh yang mulus itu. Bright sedang berpikir jika seekor semut mencoba berjalan dipunggung Win, sepertinya hanya mampu bertahan dalam hitungan detik sebelum akhirnya tergelincir.
Trust me! Ia tahu sekali rasanya membelai dan mengecup di area itu, bahkan Rocket saja sudah pernah berseluncur di sana sampai tak bisa menahan volcano keluar, yang akhirnya mengaliri lahan mulus tak seberapa luas itu.
"Aku mulai membangun sedikit demi sedikit selama 2 tahun sampai seperti sekarang dan setelah semuanya selesai, aku mulai resmi menempati rumah impianku ini, tetapi tetap saja masih ada yang terasa kurang" Ungkap Bright.
Win sedikit tersentak ketika sesuatu membelai punggung terbukanya seringan bulu, nyaris tak terasa tetapi karena kulit Win cukup sensitif, ia tentu bisa merasakan kehangatan di beberapa bagian belakangnya. Win mematung dan membiarkan saja telunjuk Bright bergerilya menyentuh beberapa titik dipunggungnya, ia tetap berusaha fokus dan waras karena masih ingin melakukan house tour ke seluruh sudut hunian kekasihnya, mumpung mereka memiliki waktu berdua tanpa gangguan siapa pun kerena setelah ini, mungkin saja akan ada banyak kendala yang terbit dan sudah bisa Win prediksi jika Bright tak akan menyadarinya.
"Setelah aku banyak berpikir dan selalu memperhatikan keseluruhan rumah ini, aku baru menyadari satu hal sayang" Bright melangkah sedikit demi sedikit ke arah Win yang masih membelakanginya untuk mengikis jarak diantara mereka.
"Pada akhirnya aku tahu bahwa..." Ucap Bright lagi tetapi kali ini suaranya lebih dekat dengan telinga Win "Bukan apa yang kurang dalam hunianku, tetapi siapa..."
Klek..
Win segera menaruh tangannya di depan dada karena setelah Bright menyelesaikan kalimat terakhirnya, blouse yang ia pakai nyaris lepas jika tangannya tidak bergerak dengan sigap. Si Pervert Vachirawit bukan hanya mengambil kesempatan untuk menyentuh punggung bebasnya saja, tetapi juga berhasil membuka kaitkan blouse yang memang hanya satu dibelakang lehernya.
"Pervert" Ucap Win sangat pelan dan berharap hanya ia dan kesunyian saja yang mendengar.
Dibalik punggung Win, Bright tiba-tiba saja menerbitkan sebuah senyum misterius, kemudian dengan sangat lembut dan hati-hati Bright membawa kedua telapak tangannya untuk bertengger di pinggang sisi kanan dan kiri kekasihnya.
"Just one question" Ucap Bright parau, dengan gerakan tangan lamban yang mulai naik ke atas tubuh Win dan posisi Sang Kekasih yang masih membelakangi dirinya "Can I complete my house with this missing one?"
"Ye...ahhh Sure, what ever you wh...aannth..." Win mulai tak kuasa mengendalikan diri dan menjawab dengan terbata-bata.
Karena sekarang kepala Win sudah bersandar pada pundak Bright, akibat tangan Bright yang tadinya hanya bergerak naik turun sekitaran pinggang sampai perutnya, kini telah berhasil mencapai dua pucuk berwarna pink cerah yang kondisi keduanya sudah menegang akibat bergesekan dengan jemari kekasihnya.
"Aahhh... Brighthhh..." Win perlahan-lahan mulai mendesah. Remasan pada dada datarnya ternyata cukup mempengaruhi tingkatan level birahi yang sekarang ia rasakan, jemari Bright terlalu lihai dan berhasil dengan mudah memporak-porandakan pertahanannya.
"Sekarang aku akan mengajakmu ke ruang kerjaku" Ajak Bright tiba-tiba.
Win hampir tersungkur setelah Bright menggeser tubuhnya dan menyudahi aksi intim mereka. Win yang memang sudah sepenuhnya bertumpu pada tubuh Sang Kekasih sangat terkejut dengan aksi Bright memutus kenikmatannya secara sepihak.
"Ayo sayang..." Ajak Bright lagi.
Kini wajah Win menjadi merah padam setelah birahinya dihempas begitu saja dari ketinggian langit lapisan ketujuh sampai ke dasar bumi bagian dalam. Tangannya buru-buru mencengkram ujung meja agar ia tak lepas kendali dan menghadiahi wajah tampan Bright dengan sebuah bogem mentah.
"Dasar pendendam" Ucap Win pada akhirnya setelah dirinya sudah bisa kembali bernafas dengan normal.
"Pendendam? Siapa?" Dengan wajah sok polos Bright bertanya dan tentu saja itu akan semakin menyulut kemarahan Win.
Jika kalian bertanya apa Bright sengaja berhenti? Jawabannya sudah pasti benar, itu adalah shock terapi kecil dari Bright untuk Win karena saat di hotel tadi, Win benar-benar tega mematahkan angannya untuk melepas rindu dengan penyatuan, padahal ia sudah berusaha menggesekan rocket pada bobba bengkak milik Win tetapi si pemilik bobba justru menghentikan aksinya begitu saja.
"Kau lah siapa lagi" Win yang sudah sempat mereda kembali tersulut emosi setelah melihat wajah Bright terpatri sesuatu yang menyebalkan.
"Tidak mungkin, aku si yang paling mencintaimu tidak akan pernah memiliki rasa dendam" Ucap Bright tegas tetapi tangan dibelakang punggungnya sedang membuat simbol jika ia berbohong hanya sedikit.
"Ah.. Sudahlah, dimana ruang kerjamu? Tunjukan sekarang juga dan setelahnya biarkan aku tidur di rumah ini" Win menjadi lebih uring-uringan dari sebelumnya karena ia tahu Bright sengaja berhenti untuk membalas perbuatannya beberapa jam lalu, tetapi itu juga karena salahnya yang tiba-tiba menghentikan keinginan Bright untuk menidurinya detik itu juga.
"Sabar sayang... Kita harus naik ke lantai 3 karena ruang kerjaku ada di sana, ayo!" Bright menggiring Win untuk segera mengikutinya ke lantai terakhir di rumahnya yang hanya terdapat ruang kerjanya saja. Bright memang sengaja membuat satu lantai tambahan untuk melakukan aktivitas kerjanya agar jauh dari jangkauan siapapun.
Win memilih berjalan dibelakang Sang Kekasih sembari mengaitkan kancing pakaiannya lagi yang memang hanya satu dan karena itu ia tidak butuh bantuan Bright. Jika kalian bertanya bagaimana model baju yang dipakai Win, silahkan berimajinasi sendiri, intinya adalah Win saat itu mengenakan baju dengan bagian depan yang sopan dan bagian belakang sangat bajingan.
Sometimes. I just really want to rip your clothes off.
Bright to Win
H
elloo... And...
Bye Maksimal💑
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Cinta?
FanfictionSawadee Kha. Cerita ini mengandung unsur 21+++, so please be nice yorobun Vienna dikala salju sedang berada pada suhu terendahnya semenjak musim ini dimulai beberapa minggu lalu. Minus sepuluh derajat cukup membuat Metawin menggigil hebat saat menyu...