Iklan Sebelum Lanjut Next Chapter

205 12 5
                                    

"Hallo Bei, aku jemput ya sekarang"

Win hanya menghembuskan nafas kasar setelah menutup teleponnya, lagi-lagi ia tak bisa menolak perlakuan Bright padanya. Tentu saja ia tak pantas jika harus melakukan penolakan karena Bright adalah kekasihnya sejak bertahun-tahun lalu. Tetapi kekuatannya kini telah berada dibatas akhir, Win menyerah dengan hubungan mereka tetapi ia tak cukup kuat untuk menyelesaikan semua dengan benar.

Sebuah kecupan hangat mendarat dikeningnya, Win tentu saja tak perlu merasa terkejut karena hal tersebut sudah terjadi sekian lama. Ia hanya bisa tersenyum sangat tulus dan berusaha untuk bersikap semua baik-baik saja. Bright yang ia kasihi dengan segenap jiwa raganya adalah pria terbaik yang dikirimkan semesta untuk melukis segala keindahan dalam hidupnya.

"Melamunkan apa hmm?"

Win selalu mudah menarik sudut bibirnya di depan Sang Kekasih, pria tampannya seperti sebuah magnet bahagia yang membuat hatinya selalu berdebar meski kebersamaan mereka telah menginjak usia 5 tahun.

"Cepat sekali datangnya?" Tanya Win.

"Aku tidak pernah suka jika harus membuatmu menunggu lama Bei"

Perkataan Bright harusnya menjadi obat dari segala rasa gelisahnya beberapa waktu belakangan, Bright masih sama seperti dulu, penuh kehangatan dan cinta kasih untuknya tetapi ia tahu jika mereka tak akan mungkin, seharusnya Win menghindar namun kenyataan tak pernah bisa karena ia terlanjur menjatuhkan dirinya pada Bright.

"Kita akan kemana?" Tanya Win lagi untuk mengalihkan tatapan Bright yang mulai aneh padanya.

"Entahlah, kemanapun itu aku hanya butuh menghabiskan waktu denganmu"

"Bukankah kau ada acara keluarga hari ini?" Win nampak ragu bertanya tetapi memang seharusnya Bright tak berada disini sekarang.

"Kau tentu tahu aku selalu menolak acara itu, aku lebih suka bersama kekasihku"

"Bri..."

"Come on Bei, kita sudah membahas ini terlalu sering, apa kau tak juga merasa lelah?"

Lelah? Tentu saja Win merasakan itu, bukan hanya lelah ia juga menyerah. Kebersamaan mereka sampai kapan pun hanya diam di tempat, tak bisa bergerak. Penolakan untuk keduanya terlalu besar, mereka mendapatkan lawan yang tak pernah sepadan, mereka terlalu kecil untuk dihadapkan dengan sebuah kenyataan.

"Bri..." Win mengumpulkan kekuatannya untuk lebih jujur dengan apa yang ia alami sekarang "Kita sudah berusaha sampai sejauh ini, tetapi kita harus tetap rasional, kau tidak bisa terus-menerus melawan keluargamu"

"Win stop"

"Bri..."

Bright mengangkat tangannya "Stop it, stop sampai disitu karena aku tak ingin pembicaraanmu melebar kemanapun"

Win mengusap wajahnya kasar, ia memejamkan mata karena tiba-tiba seperti merasakan sebuah pukulan telak. Win menatap kekasihnya dalam "Tak bisakah kita berhenti saja sampai di sini?"

"Metawin Opas..." Bentak Bright.

"Aku berharap kau memilihku sampai akhir, tetapi jangan pernah menutup mata dan kita tak bisa memaksakan ego, sadarlah Bri kita saja tidak cukup untuk menggapai bahagia mutlak, kita butuh support system yang solid dan sampai saat ini kita terlalu denial jika dukungan itu akan mengalir begitu saja"

Bright menutup matanya, ia jelas sadar perubahan Win setelah semua kejujuran ia ungkap. Tetapi ia seolah tak peduli, ia hanya ingin tetap bersama Winnya, sesulit apapun itu meski selamanya kata tak mungkin akan terus membayangi mereka. Bright mencintai Win sama seperti bentuk bumi, bulat sempurna tanpa celah dan retak. Dan semua perjalanan mereka selama 5 tahun ini semakin menguatkan tekadnya jika mereka bisa, bahkan harus bisa sampai dititik yang mereka inginkan.

Kalau Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang