Nyaris tiga puluh enam jam sudah Metawin terkurung di dalam studio musik miliknya, entah sudah berapa banyak kotak susu pisang yang ia minum hanya untuk membuat matanya tetap terjaga. Susu pisang? Diumurnya yang sudah kepala 3? Tentu saja tak masalah, karena disaat pria dewasa sangat tergila-gila pada minuman pahit, sebut saja kopi. Win justru menjatuhkan pilihannya pada susu pisang untuk peneman malam sunyi saat ia sedang bekerja di dalam studio.
Lambungnya terlalu lemah seperti bayi gemas jika harus dimasuki kopi meski ada campuran susu di dalamnya. Win tak sanggup menahan rasa sakit, karena itu ia lebih baik mencari keselamatan dan kenyamanan, agar semua pekerjaan bisa ia selesaikan dengan tepat waktu.
"Sudah menemukan penyanyi yang cocok untuk lagu barumu bro?"
Metawin terlonjak seketika, saat seseorang menepuk pelan pundaknya.
"Ai.. Khao, kau ini jelmaan mahluk astral atau apa? Datang tanpa peringatan"
Khao hanya bisa menggelengkan kepala, tentu saja langkah dan suara kedatangannya nyaris tak terdengar, karena ruangan yang dipakai sahabatnya ini memiliki kualitas kedap suara yang tidak main-main.
"Besok-besok, aku akan membunyikan sirine dulu sebelum masuk ke ruanganmu agar kau tidak terkejut berlebihan seperti itu"
"Yang ada aku langsung berlari karena mengira itu alarm kebakaran"
Khao meninju pelan lengan Win, merasa selalu serba salah setiap berdebat dengan sahabatnya ini.
"Jadi bagaimana soal penyanyi yang akan kau pilih untuk lagu barumu?" Tanya Khao lagi, karena memang ia butuh kepastian segera soal project terbaru Win.
"Aku ada beberapa kandidat, tapi belum memastikan siapa yang akan ku ajak berkolaborasi dengan project ini, aku masih belum bisa menemukan suara yang cocok untuk lagu yang sekarang sudah nyaris selesai ku kerjakan"
"Tapi Produser baru itu meminta kepastian secepatnya Win, dia juga memberiku beberapa list penyanyi pilihannya yang mungkin saja cocok untuk lagu barumu"
Khao menyerahkan tab miliknya, memberi beberapa video penyanyi hasil rekomendasi dari Produser yang akan bekerja sama dengan mereka.
Sementara Win, hanya memperhatikan sekilas dan tampak tidak tertarik sama sekali, karena semua penyanyi yang direkomendasikan produser itu terlalu biasa, Win butuh sesuatu yang unik, yang masih alami, belum tersentuh apapun, yang mampu menyampaikan dengan baik makna lagu barunya.
"Tidak ada yang cocok?" Tanya Khao lagi.
Metawin hanya tersenyum.
"Khao... Semua penyanyi yang kau tunjukan padaku, mereka sudah memiliki nama besar, kau juga sempat menawarkan seorang Diva, tetapi untuk project kali ini, aku butuh seseorang yang masih murni, yang nantinya akan besar dan terkenal bersama dengan lagu ini"
"Tetapi itu seperti judi Win, kalau dengan penyanyi yang sudah terkenal, bukankah akan lebih mudah meraup kesuksesan dan cuan?"
Metawin terkekeh mendengar pernyataan sahabat sekaligus Managernya ini, si Khaotung memang pengabdi uang, apapun harus berakhir dengan seberapa banyak angka nol dibelakang yang masuk ke rekeningnya.
"Kita sudah kaya, mapan dan tampan, untuk yang kali ini, biarkan lagu baruku jatuh kepada penyanyi biasa yang nantinya akan luar biasa"
"Kalau Produser itu tidak setuju?"
"Aku akan memproduseri laguku sendiri, atau aku saja sekalian yang bernyanyi"
Belum sempat Win beranjak keluar dari ruang mixing studionya, Khao tiba-tiba saja mencekal bahu sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Cinta?
FanficSawadee Kha. Cerita ini mengandung unsur 21+++, so please be nice yorobun Vienna dikala salju sedang berada pada suhu terendahnya semenjak musim ini dimulai beberapa minggu lalu. Minus sepuluh derajat cukup membuat Metawin menggigil hebat saat menyu...