Metawin sejak tadi merasa sangat risih ketika dua orang paling tersayangnya berlomba-lomba mengikuti geraknya yang sedang mempersiapkan diri untuk segera kembali ke Vienna. Yang satu adalah Ibu Negara dengan kasta tertinggi di hatinya, sedangkan yang satu lagi adalah penguasa segala jenis cinta dan nafsu yang telah lama ia serahkan secara sadar sejak zaman Neolitikum.
Setelah beberapa kali menghela nafas panjang, Win segera memutar tubuhnya secara tiba-tiba dan hal itu membuat kedua orang yang berada di belakangnya juga mendadak berhenti bergerak. Dengan tatapan penuh permusuhan, Win memandang satu per satu dua mahluk berbeda gender itu, kemudian menyuruh mereka untuk segera duduk dengan hanya menggerakkan telunjuknya.
Bright dan Ibu dari Win langsung patuh tanpa bisa meneriakan protes apapun, karena Win yang dalam mode garang ternyata membuat nyali mereka terkikis begitu saja.
"Jangan ganggu lagi, duduk tenang dan nanti kita bicara setelah aku selesai, paham!" Ucap Win dengan nada agak tegas diakhir kalimat.
Bright hanya bisa menghembuskan nafas kasar, sementara wanita paruh baya di sebelahnya justru lebih berani dengan berkomat-kamit menirukan kalimat yang diucapkan Win tanpa bersuara.
"Bright" Tegur Ibu Win dengan suara teramat rendah.
Bright hanya bisa mengikuti keinginan wanita itu untuk lebih mendekat, mungkin memang ada yang ingin dibicarakan tanpa Win harus tahu.
"Aku ceritakan sebuah kisah dan kau harus dengar dengan baik"
Sekali lagi Bright hanya bisa mengikuti seluruh titah Ratu dalam hidup kekasihnya ini.
"Dahulu kala, intinya kau harus berhati-hati dan bersikaplah lebih protektif pada Win karena Arthur kembali"
Kening Bright berkerut dalam saat mendengar sebuah nama disebutkan.
Arthur? Siapa? Bright tidak pernah tahu ada nama itu di dalam kehidupan Metawinnya, atau dia sudah banyak melewati sesuatu setelah mereka berpisah sangat lama.
"Siapa Arthur?" Tanya Bright penasaran.
"Dia..."
"Oke! Mari bicara dengan penuh kedewasaan dan pikiran yang dingin"
Belum sempat diberi penjelasan oleh Ibu Win, kekasihnya itu sudah memutar tubuh dan langsung memberi tatapan intens sampai Bright harus segera bergeser menjauh dari Ibu Win.
"Dilarang membicarakan orang lain di belakang mereka" Tegur Win langsung ketika melihat sesuatu yang mencurigakan antara Bright dan Madrenya.
Maynee hanya memutar mata malas, sementara Bright langsung menggelengkan kepala agar Win tidak salah paham.
Bahkan ia belum sempat membicarakan orang yang disebut oleh Ibu Win, dan sekarang dirinya semakin penasaran dengan sosok Arthur.
"Jadi protes apa yang ingin kalian sampaikan?"
"Apa kau harus kembali ke Vienna?" Tanya Bright hati-hati agar tidak menimbulkan huru hara.
"Tentu saja"
"Tetapi..."
"Bright! Sepertinya perlu ada yang diluruskan sekarang. Aku keluar dari Vienna hanya untuk memenuhi tanggung jawab atas semua pekerjaanku saja, I don't live here, dan kita sudah mencapai kata sepakat beberapa bulan lalu saat memutuskan untuk kembali bersama ketika kita di Bangkok, so what's the problem right now?"
Bright langsung mengatupkan bibirnya karena ia seperti mati kutu. Benar mereka sudah sepakat, benar juga mereka bersedia menjalankan ibadah LDR dengan sepenuh hati walau rasanya sulit, tetapi saat itu ada pekerjaan yang mengikat dan Bright memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Metawinnya lagi dalam durasi yang cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Cinta?
FanficSawadee Kha. Cerita ini mengandung unsur 21+++, so please be nice yorobun Vienna dikala salju sedang berada pada suhu terendahnya semenjak musim ini dimulai beberapa minggu lalu. Minus sepuluh derajat cukup membuat Metawin menggigil hebat saat menyu...