Pillow Talking After Sex

448 33 1
                                    

Bright tak henti-hentinya memberikan kecupan bertubi-tubi pada punggung telanjang Win, karena ia masih merasa jika semua yang terjadi diantara mereka sekarang adalah hanya serangkaian mimpi kosong. Tak sekali dua kali setelah perpisahan mereka, Bright seperti mendapatkan visual nyata Win di depannya, tetapi saat ia ingin menggapai apa yang terlihat matanya, mendadak semua hilang seperti debu tertiup angin.

"Aku nyata Bri, punggungku jadi tak pernah kering karena ciuman basahmu sejak semalam" Ucap Win lebih ke arah protes keras karena sejak malam tadi, Bright tak pernah menyia-nyiakan kesempatan jika Win lengah sedikit saja. Entah itu wajah, bibir, pundak, punggung, tangan dan bagian-bagian lain dari tubuhnya, selalu menjadi incaran kemesuman Bright.

"Win... Apa kau benar-benar akan kembali padaku?" Tanya Bright untuk memastikan jika bukan hanya dia saja yang ingin ada lagi kesempatan bagi mereka.

Win yang sejak tadi tidur membelakangi Bright langsung memutar tubuhnya untuk menghadap pria itu. Tangan Win secara perlahan bergerak lembut ke arah belakang kepala Bright, kemudian Win menarik pria itu agar bibir mereka kembali saling menyapa.

"Secara emosional dan kedewasaan, mungkin kita sudah bisa saling mengatasi, tetapi dihubungan yang sepakat kita rajut kembali ini, tentu ada masalah baru yang sepertinya harus kita bicarakan dengan sangat serius Bri" Jelas Win.

"Masalah apa?"

"Jarak"

Oh... Bright paham sekarang apa yang dimaksud oleh Win "Ya, tidak bisa dipungkiri masalah itu pasti akan sangat mengganggu, untuk sementara kita tidak mungkin mengorbankan karir yang sudah kita bangun mati-matian di tempat yang berbeda"

"Sebenarnya aku sedikit sanksi memulai semuanya lagi, saat kita bersama dulu, kau bahkan rela mengikutiku agar kita tak terpisah, sementara sekarang ketika kita sepakat menjalani lagi hubungan ini, apakah semuanya akan baik-baik saja?"

Setelah sesi percintaan panas nyaris brutal mereka malam tadi, Win beberapa lama memandangi wajah Bright yang sedang tertidur pulas. Meski tubuhnya lelah karena kegiatan mereka, Win tetap tak bisa memejamkan mata karena otaknya tak berhenti berpikir apa keputusan mereka adalah sesuatu yang tepat.

Pasalnya, karir mereka pasti sangat menguras waktu kebersamaan. Butuh effort yang sangat besar bahkan hanya untuk sekedar bertemu satu sama lain. Membayangkannya saja Win sedikit ketakutan, tetapi jika di pikir lagi kedewasaan mereka sekarang bukankah seharusnya menjadi modal terbaik untuk menghadapi tantangan apapun di masa depan.

"Kau percaya aku kan?" Tanya Bright serius.

"Should I?" Win balik bertanya dengan mata yang memicing tajam "Perkara meminta jeda waktu 3 jam saja kau sama sekali tak bisa dipercaya"

Bright tersenyum lebar dan kembali melayangkan kecupan paksa pada seluruh wajah Win tanpa terlewat satu sudut pun "Harusnya saat meminta jeda, penampilanmu jangan seperti sekarang" Mata Bright menyisir tubuh Win dari atas sampai bawah yang hanya tertutup selimut dipinggangnya "Lain kali, jeda itu artinya kau harus langsung berpakaian lengkap, kalau perlu berganti dengan setelan jas seperti saat kau ingin tampil di Konser"

"Ya... Ya... Itu pasti fetish terbaru versi otakmu kan... ckckckck... Kedewasaanmu memang jauh berubah, tetapi isi kepala hentai tetap bersemayam abadi, sudah berapa orang korbanmu setelah kita berpisah huh?"

Tiba-tiba Bright menggerakan jemarinya dan mulai berhitung "Coba pinjam jari tanganmu"

"What!!!!! YAAAAAAA..... Vachirawit Bastard"

Saat Win ingin menggunakan tangan cantiknya untuk memukul Bright, dengan gerakan cepat Bright langsung meraihnya dan justru memberi kecupan lembut pada telapak tangan Win dengan wajah tersenyum penuh goda.

Kalau Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang