16. Kita Pacaran

983 27 0
                                    

Berbagai cemilan sudah tersaji di meja yang ditempati Kirana dan juga Deriel. Deriel menatap Kirana yang sedang menikmati secangkir green tea latte yang ia pesan tadi.

"Kiran... Apa jawaban kamu?" Kirana mengernyit bingung. Jawaban?

"Kamu lupa?" Kirana mengangguk sembari menikmati minumannya.

"ck... Dasar pelupa" Deriel menggeleng.

"Jawaban apa emang?" Deriel berdiri lalu berjongkok disamping kursi Kirana.

"Bos ngapain sih?" Kirana akan berdiri tapi Deriel menahannya.

"Kirana.... Ayok kita pacaran..." Kirana terkejut sesaat kini dia mengerti. Jawaban apa yang di tunggu oleh pria ini.

"Ooh... Mmm..." Kirana gugup mau jawab apa.

"Iya atau iya?" Kirana mendelik, itu pilihan apa?

"Oke aku anggap iya" Deriel berdiri lalu duduk kembali di kursinya.

"Aku belum jawab iya ya.." protes Kirana karena Deriel seenaknya. Deriel tersenyum smirk mendengar nya.

"Mulai saat ini kita pacaran dan tidak ada bantahan" putusnya sepihak.

"Isss... Dasar pria otoriter" ucapnya kesal.

"Kamu tidak mau memilik pacar seperti aku?" Tanya Deriel basa-basi.

"ENGGAK..." Kirana menatap wajah Deriel yang berubah. Seketika rasa tidak enak timbul dihatinya.

"Maksud aku, kita baru kenal sebulan pun belum, jadi aku rasanya tidak masuk akal kalau kita pacaran sekarang" Jelas Kiran terbata.

"Itu tidak masalah, kalau alasan kamu  kita masih butuh saling kenal satu sama lain, itu gampang setelah kita pacaran kita pelan-pelan bisa saling mengenal"

Kirana diam berpikir, sedangkan Deriel melihat Kirana yang diam saja menghembuskan nafasnya. Kirana melirik Deriel bingung, apa yang akan dia lakukan?

Deriel berdiri dan akan meninggalkan ruangan itu. Saat akan melewati Kirana, tangannya ditahan oleh gadis itu.

"Mmau kemana?" Deriel akan melepas tangan Kirana tapi apa yang terjadi?

Deriel terpaku mendapati Kirana memeluknya dari samping.

"Jawabanku iya... Maaf tadi tidak bermaksud" ucap Kirana menatap wajah pria tersebut.

Deriel menoleh menatap wajah Kirana, seketika senyuman nya terbit. Dia mendaratkan kecupan didahi wanita itu.

"Thanks sayang" ucapnya bahagia. Deriel memeluk pinggang Kirana dengan satu tangan. Kirana memerah karena kecupan Deriel lalu mengangguk pelan.

"Opppsss" suara pintu tertutup membuat Kirana dan Deriel melepas pelukan mereka. Deriel berdecak.

"Masukk" ucap Deriel kesal. Seno dan Ariel membuka pintu dengan wajah bersalah tapi sedetik kemudian berubah menjadi tatapan kejahilan. Deriel mendengus.

"Maaf ganggu ya ka Kirana" ucap Ariel sarat akan kejahilan.

"Aku belum memanggil kalian" Deriel menatap keduanya dingin.

"Elaahhh... Maaf dong... Lain kali nggak gitu lagi,, suwerrr" keduanya memberikan simbol pisss dua jari dengan senyum cengengesan. Deriel mendelik.

"Oh ya... Mana PJnya?" Ariel mengulurkan tangannya kearah Deriel.

"PJ?" Tanya Deriel bingung.

"PAJAK JADIANNN" Seno dan Ariel bersuara bersama.

"Emang kalian miskin?"

"Otw bang..." Seno dan Ariel masih mengulurkan tangan kepada Deriel. Deriel mendengus sembari mengeluarkan dompetnya.

Deriel menyerahkan dua lembar kertas merah.

"Alhamdulillah.... Rezeki anak Sholeh... Makasih ya bang..." ucap keduanya.

"Oh iya... Jangan lama-lama, langsung di halalin aja bang" ucap Seno. Deriel mengangguk. Kirana melotot melihat anggukan Deriel.

"Aamiin" Ariel mengaminkan.

★★★

Suamiku Impoten? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang