25. Bertemu Camer

712 17 0
                                    

Kirana memilin jari-jari tangannya karena sekarang ia merasa grogi berhadapan dengan pasangan suami istri paruh baya.

Kirana merasa kepalanya akan berlubang karena tatapan dua pasang mata saat ini kearahnya.

"Nggak usah ditatap kek gitu, liat Kirana jadi takut" ucapan Deriel sontak membuat kedua pasang mata yang menatap kearah Kirana beralih menatap Deriel.

"Maaf... Bukan bermaksud..." Kekeh Yusnita, Kirana mengangkat dagunya dan tersenyum tidak enak.

"Ma... Pa... Kenalin ini Kirana"

"Kirana... Saya papanya Deriel panggil saja papa" ucap Arya tersenyum.

"Eh.. ii..iya... Pa.." Kirana bingung mau ngomong apa.

"Oh iya Kirana yuk ikut mama kedapur" Kirana menoleh kearah Deriel yang mengangguk.

"Iya.. ma.." Kirana berdiri mengikuti mama Deriel.

Setelah kedua wanita itu hilang dari pandangan Deriel, tiba-tiba pertanyaan papanya terdengar.

"Kamu serius sama dia?" Pertanyaan Arya membuat Deriel menoleh menatap papanya.

"Iya pa..." Arya menatap anaknya lekat. Perubahan pada diri putranya jelas nyata sekarang. Anak jarang berada dirumah kini terlihat sudah dewasa dimatanya dan akan segera menikahi gadis baik.

Kirana gadis yang diperkenalkan oleh putranya beberapa menit yang lalu ia yakini adalah gadis yang baik.

"Sayangi dan cintai dia, papa yakin dia adalah gadis yang baik" Deriel mengangguk dan tersenyum tulus. Ini tandanya papanya menyukai gadisnya.

"Jadi kapan papa dan mama bertemu dengan keluarganya secara formal?"

"Dia yatim piatu pa..." Arya terdiam.

"Terus? Nggak ada sanak saudara yang bisa dihubungi untuk mengurusnya?" Deriel menggeleng.

"Nanti aku yang urus itu pa.. yang penting papa sama Mama setuju dan menyukai Kirana," Arya mengangguk.

"Baiklah... Jadi kapan rencana kamu?"

"Bulan depan"

"Lebih cepat lebih baik" ucap Arya mengangguk.

★★★

Kirana mengedarkan pandangannya kepenjuru dapur camernya. Indah nyaman dan lengkap.

"Kirana... Kamu tahu? Mama senang sekali, akhirnya mama akan memiliki anak perempuan" ucap Yusnita riang.

"Dari dulu mama pengen sekali punya anak perempuan tapi takdir berkata lain, mama tidak bisa melahirkan lagi setelah Deriel lahir" ucapnya sarat akan kesedihan.

Kirana memperhatikan Yusnita, baru dia menyadari bahwa Yusnita sedikit mirip dengan ibunya.

"Mama tidak perlu sedih lagi sekarang, anggap aja Kirana anak mama, jadi mama sudah memiliki anak perempuan sekarang" ucap Kirana.

"Mmm... Ngomong-ngomong mama sedikit mirip dengan mama saya,"

"Benarkah?" Kirana mengangguk.

"Wah... Mirip seperti apa?"

"Alis dan juga cara bicara mama mirip banget sama mama Kiran" ucapnya sendu. Yusnita mendekati calon mantunya dan memeluknya.

"Anggap saja mama ini mama kamu ya nak..."

"Makasih ya ma... Kiran senang bertemu mama" ucapnya tulus.

"Iya sayang.. yuk bantu mama siapin ini" tunjuk Yusnita ke arah makanan yang masih terisi di wadah-wadah kotak.

Kirana mengangguk lalu membantu Yusnita menyajikan makanan diatas meja.

"Ini makanan kesukaan Deriel" Yusnita menunjuk ayam kecap diatas piring yang baru saja Kirana letakan dimeja.

"Dia kalau bilang mau nginap dirumah harus ada makanan ini tidak boleh tidak, jadi mama harus masakin dia" ucap Yusnita memberitahu.

Kirana mengangguk paham, ini harus ia simpan dalam otaknya biar suatu saat jadi istri sudah tahu masakan kesukaan suaminya.

"Nah semuanya siap... Kamu tunggu disini ya.. mama manggil mereka dulu"

"Kirana aja ma..."

"Udah kamu duduk aja" Yusnita melenggang pergi meninggalkan Kirana di dapur.

To be continue

Suamiku Impoten? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang