39. Ending

2.3K 28 0
                                    

Deriel mengendarai mobilnya keluar dari gedung kantornya. Tiga puluh menit kemudian dia sudah didepan lorong rumah lama istrinya.

Dia ingin melihat progres pembangunan rumah baru untuk istrinya itu.

Ini sudah terhitung dua bulan semenjak dia membangun kembali rumah ini sesuai apa yang di inginkan istrinya waktu itu tapi tentu saja dia menambahkan sedikit ide.

Syukurlah rumah ini sudah pada tahap finishing.

Memang dia tidak sia-sia memilih kontraktor mahal untuk membangun rumah ini. Terlihat kecil tapi mewah disaat bersamaan. Mungkin beberapa minggu lagi bisa mereka tempati.

Deriel tersenyum dan meninggalkan area itu.

★★★

Deriel memilih pulang kerumahnya karena memang kerjaan kantor sudah ia selesaikan tadi dan jadwalnya memang sudah kosong.

"Sayangg... Aku pulaang" Kirana keluar dari kamar dengan wajah berseri.

"Kangeenn..." Kirana memeluk suaminya erat.

"Sayang... Biarin aku mandi dulu, aku masih keringetan"

"Oh... Baiklah..." Deriel mencapit pipi istrinya gemas.

"Perasaanku saja apa gimana nih?kamu kok montokan? Tambah cantik dan sexy" Kirana terkekeh.

"Iya aku juga meraskannya yank... Perutku saja terasa membesar dan juga terasa kencang" Deriel membawa pandangannya kearah perut istrinya.

"Apa mungkin kamu hamil?"

"Mana mungkin? Aku haid kok  hamil?"

"Gimana kalau besok kita periksa? aku takut ada apa-apa" ucapnya

"Mmm.. Baiklah.. Ya udah mandi sana" Deriel mengangguk.

★★★

"Gejala yang ibu rasakan apa saja?"

"Nggak ada dok... Cuma nafsu makan saja yang naik, dan pengen tidur mulu"

"Terus haid ibu lancar?"

"Nah itu dia dok... Saya bingung, saya haid tapi nggak lancar, dikit-dikit aja darahnya"

"Gejala lainnya nggak ada?"

"Nggak ada..."

"Kemungkinan ibunya sudah hamil tadi perutnya agak mengencang seperti orang hamil, nanti ibu dan bapak konsultasi dengan dokter obigyn"

"Baik dokter terima kasih" Keduanya keluar dari dokter umum.

Deriel mendekati suster yang berada dimeja resepsionis.

"Suster... Apakah dokter obigyn disini..." ucapan Deriel terputus saat mendengar suara sapaan.

"Deriel?" Deriel menoleh.

"Oh.. Dokter Adam?"

"Sedang apa kamu Deriel?"

"Aku mau periksakan istriku ke dokter kandungan om"

"Oh.. Kalau mau nanti om rekomendasikan dokter kenalan om, ayok keruangan om" Deriel dan juga Kirana mengikuti dokter paruh baya itu dari belakang.

Dokter Adam merupakan teman ayahnya.

"Oh iya... Gimana kabar ayahmu? Lama tidak ada kabar itu"

"Baik om, dia lagi sibuk sama perkebunannya yang baru ia rintis pas dia pensiun dari kantor" Dokter Adam mengangguk.

"Oh.. Begitu... Salam aja sama ayahmu, dan ini kartu nama dokter kenalan om, dia juga dirumah sakit ini tapi mungkin dia belum ada jadwal hari ini tapi coba hubungi aja dulu"

"Baiklah om.. Oh iya... Kenalin Kirana istriku" Dokter Adama menoleh.

"Kirana Dokter..." ucap Kirana memperkenalkan diri dengan sopan.

"Salam kenal Nak... Panggil saja Om sama seperti Deriel"

"Baik Om.."

"Kalo gitu Deriel pamit ya om... Nanti aku sampaikan salam om sama papa"

"Baiklah..."

Deriel dan Kirana keluar dari ruangan  dokter Adam.

"Bentar ya sayang... Aku hubungi dulu dokter kenalan om ini" Kirana mengangguk.

★★★

Kirana dan juga Deriel begitu bahagia keluar dari ruangan dokter kandungan itu.

Kirana memandangi potret usg yang ia pegang.

"Ayok sayang..." Kirana mengangguk. Deriel merangkul pinggang istrinya mesra. Dia juga begitu bahagia atas kehamilan istrinya ini.

Dia tidak pernah menduga, dan juga tanda-tanda kehamilan istrinya seperti mual dipagi hari maupun mengidam tidak pernah istrinya rasakan.

"Kita kasi kejutan mama dan papa yuk yank"

"Boleh..."

Deriel mengendarai mobilnya menuju rumah orang tuanya, karena istrinya ingin kasih kejutan buat mertuanya.

"Loh... Kalian?" Yusnita yang membuka pintu rumah, dia kaget mendapati anak dan menantunya sudah berdiri didepan pintu.

"Iya ma..."

"Ayok masuklah..."

Kirana dan juga Deriel mengikuti Yusnita dari belakang.

"Pa..Deriel dan Kirana datang nih..." beritahu Yusnita.

"Kayaknya ada kabar bahagia?"

"Kok papa tahu?" Deriel terkekeh, papanya begitu peka.

"Iya dong... Kelihatan juga" Yusnita menatap keduanya untuk memastikan ucapan suaminya.

"Beneran?" keduanya mengangguk. Kirana membuka tote bagnya dan mengambil potret usg.

Yusnita menerima apa yang Kirana sodorkan.

"Ini?" Yusnita menutup mulutnya terkejut sedetik kemudian dia tersenyum.

"Kalian mau jadi kakek" ucap Deriel.

"Aduuhh... Mama jadi nenek" Yusnita begitu heboh dan bahagia. Aryapun demikian.

"Udah berapa bulan?"

"Mereka udah jalan tiga bulan ma.."

"Mereka?" tanya Yusnita bingung.

"Kirana hamil kembar ma..."

"Wow... Benarkaha sayang?" Yusnita memeluk menantunya.

"Iya ma.."

"Pokoknya kamu harus jaga kesehatan, dan jangan capek-capek.. Wah mama tidak nyangka sayang"

Kebahagian ke empat orang yang ada diruangan itu begitu kontras, karena tujuh bulan lagi mereka akan mendapatkan anggota keluarga baru.

To be continue

Suamiku Impoten? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang